Thursday, June 28, 2012

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESCRIPTIVE SISWA KELAS X SMAN 1 BANTAN DENGAN MENGGUNAKAN WORDS CLUSTERING TECHNIQUE


Nama : Widayati, S. Pd
SMAN 1 BANTAN-BENGKALIS
BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Berdasarkan permendiknas no 22 tahun 2006 tentang standar isi, ada 4 skill yang harus di kuasai siswa pada tingkat sekolah menengah atas pada mata pelajaran Bahasa Inggris yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Di tingkat SMA Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran utama sbg syarat untuk kelulusan pada ujian akhir nasional. Diharapkan lulusan tingkat SMA mempunyai kemampuan berpikir, bernalar dan berwawasan luas dan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.
Penguasaan kompetensi Bahasa Inggris sebenarnya tidak hanya difokuskan pada keterampilan membaca tetapi juga harus diseimbangkan dengan keterampilan menulis. Dalam mata pelajaran Bahasa Inggris ada beberapa genre yang mutlak di pelajarai oleh siswa di tingkat SMA. Salah satunya adalah kemampuan menulis teks deskriptif. Teks deskriptif adalah sebuah teks yang menggambarkan atau menjelaskan tentang objek baik berupa orang, benda ataupun tempat. Yang memiliki generic structure yaitu identification dan description an object.  
Menulis merupakan suatu keterampilan bahasa yang produktif. Karena merupakan keterampilan bahasa yang produktf, maka dituntut siswa mampu mengetahui dan menguasai sistem kaidah-kaidah tata bahasa, penguasaan segi-segi linguistik, penguasaan wacana yang meliputi kemampuan menyusun atau mengorganisasi gagasan-gagasan dalam suatu bentuk  tuturan yang kohesif dan koheren, dan penguasaan strategi yang berupa kemampuan menggunakan strategi verbal maupun nonverbal untuk mengatasi  berbagai macam kesenjangan yang terjadi antara pembicara/penulis dengan pendengar atau pembaca.
Mermperhatikan tujuan pembelajaran Bahasa Inggris di atas sangat penting bagi perkembangan pola berpikir siswa, maka untuk mentranspormasikan kepada siswa perlu diperhatikan metode dan strateginya, sehingga apa yang disampaikan bermanfaat bagi siswa, serta dapat diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari dan juga dapat menunjang keberhasilan mata pelajaran lainnya.
Idealnya siswa kelas X semester 2 mampu menulis teks deskriptif menggunakan kaidah-kaidah yang ada yaitu menggunakan generic struktur yang tepat, memilih kosa kata yang tepat berdasarkan tema dan penggunaan simple present. Dan juga mampu menggambarkan suatu objek sehingga pembaca bisa seolah-olah melihat dan merasakan apa yg tertulis didalam teks tersebut.
Kenyataannya melihat hasil ulangan harian yang penulis lakukan terhadap siswa kelas X 1 semester II SMAN 1 Bantan Tahun Pelajaran 2011/2012 aspek kemampuan menulis siswa, hanya sekitar 40 % siswa saja yang tuntas, untuk itu perlu dilakukan perbaikan. Hal ini disebabkan metode pembelajaran menulis yang diterapkan guru di sekolah masih menggunakan metode/strategi pembelajaran tradisional atau konvensional. Pembelajaran menulis yang dilakukan hanya mengembangkan ide dan pikiran dari topik yang ada. Sehingga siswa menggunakan waktu yang lama untuk menemukan kosa kata dan kalimat yang tepat.  Bisa juga disebabkan rendahnya minat siswa atau kurangnya perbendaharan kata siswa.  Atau mungkin Penguasaan simple present yang rendah atau belum dimanfaatkannya alat peraga.
Sebagai seorang guru, penulis selalu memikirkan untuk memecahkan masalah- masalah yang di hadapi dalam proses belajar mengajar termasuk juga rendahnya kemampuan menulis paragraf deskripsi yang dihadapi siswa dan penulis menemukan alternatif pemecahan masalah melalui words clustering technique, namun metode ini belum teruji secara ilmiah, oleh karena itu penulis membuat penelitian tindakan kelas dengan judul MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAPH DESCRIPTIVE SISWA KELAS X SMAN 1BANTAN DENGAN MENGGUNAKAN  WORDS CLUSTERING TECHNIQUE
B.     Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini :
1.      Strategi mengajar yang kurang tepat.
2.      Metode mengajar yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik materi dan siswa.
3.      Rendahnya minat siswa
4.      Kurangnya perbendaharan kata siswa
5.      Penguasaan simple present yang rendah.
6.      Belum dimanfaatkannya alat peraga.
C.     Pembatasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah diatas penelitian dibatasai hanya pada Peningkatan
kemampuan menulis paragraf deskriptive dengan menggunakan words clustering technique.
D.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Apakah melalui penggunaan words  clustering technique bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf deskriptif?
2.      Bagaimana respon siswa dalam menulis paragraf deskriptif melalui penggunaan words clustering technique?
E.     Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1.      Dengan menggunakan words clustering technique apakah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraph deskripsi.
2.      Untuk mendapatkan gambaran respon siswa dalam belajar paragraf deskripsi dg menggunakan words clustering technique.
D. Manfaat penelitian
     Penelitian  ini akan bermanfaat antara lain sebagai berikut:
1.       Bagi siswa, penggunaan words clustering technique merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa inggris aspek menulis siswa kelas X semester 2 SMAN 1 Bantan Tahun Pelajaran 2012/2013.
2.       Bagi guru, penggunaan words cluster technique dapat dijadikan salah satu alternatif strategi pembelajaran Bahasa  Inggris di SMAN 1 Bantan.
3.       Bagi sekolah, merupakan bahan masukan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris khususnya, dan mata pelajaran lain umumnya di SMAN 1 Bantan.
4.       Bagi peneliti dapat dijadikan bahan masukan untuk penelitian yang lebih lanjut dan sebagai persyaratan untuk kenaikan pangkat dan golongan.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.      Kajian Teori
Penelitian ini berhubungan dengan menulis teks deskriptif dan clustering technique. Oleh
karena itu kajian teorinya adalah menulis teks deskritif dan word clustering technique.
A.    Text deskriptif
Deskriptif Adalah paragraph yg bertujuan memberikan kesan atau impresi kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat peristiwa dan semacamnya yg ingin disampaikan penulis, atau secara singkat paragraph deskripsi biasanya di artikan sebagai paragraph yg isinya menggambarkan  suatu objek sehingga pembaca bisa seolah-olah melihat dan merasakan apa yg tertulis didalam paragraph tersebut. (http://carapedia.com.paragraf_deskripsi_info1984.html)
Dalam keilmuan, deskripsi diperlukan agar peneliti tidak melupakan pengalamannya dan agar pengalaman tersebut dapat dibandingkan dengan pengalaman peneliti lain, sehingga mudah untuk dilakukan pemeriksaan dan kontrol terhadap deskripsi tersebut. Pada umumnya deskripsi menegaskan sesuatu, seperti apa sesuatu itu kelihatannya, bagaimana bunyinya, bagaimana rasanya, dan sebagainya. Deskripsi yang detail diciptakan dan dipakai dalam disiplin ilmu sebagai istilah teknik.
Disamping itu Andy the gunnerz menambahkan  deskripsi adalah tulisan yang bertujuan untuk menjelaskan sebuah objek secara terperinci tanpa adanya pengaruh pendapat pendapat pengarang di dalam deskripsi tsb.
Berdasarkan teori diatas dipahami bahwa …

B.     Menulis dalam teks deskriptif
Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti menulis merupakan kemampuan yang tidak penting.
Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik. Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.
Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.
Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Heaton dalam St. Y. Slamet (2008: 141) menambahkan menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks.
Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989: 1) juga menambahkan writing is one of the most important things you do in college. Menulis merupakan salah satu hal paling penting yang kamu lakukan di sekolah. Kemampuan menulis yang baik memegang peranan yang penting dalam kesuksesan, baik itu menulis laporan, proposal atau tugas di sekolah.
Lebih lanjut pengertian menulis diungkapkan juga oleh Barli Bram (2002: 7) in principle, to write means to try to produce or reproduce writen message. Barli Bram mengartikan menulis sebagai suatu usaha untuk membuat atau mereka ulang tulisan yang sudah ada.
Fachrudin (1988:2) mengatakan secara garis besar bahwa menulis dapat dipahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami dengan tepat seperti yang dimaksud oleh penulis.
Menulis merupakan kegiatan berpikir teratur. Keteraturan dalam menulis ini tampak pada keteraturan menuangkan gagasan dan menggunakan kaidah-kaidah bahasa. Agar gagasan dapat diterima dengan baik oleh pembaca, maka seorang penulis harus menguasai tujuan penulisan dan konteks berbahasa serta kaidah-kaidah bahasan.
Sebuah tulisan dikatakan baik apabila disampaikan sesuai tujuan dan situasi berbahasa, sedangkan tulisan dapat dikatakan benar apabila sesuai dengan aturan, norma, kaidah bahasa yang berlaku. Selain menguasai atuaran/kaidah bahasa, penulis juga diharapkan dapat menyusun pilihan kata yang terdapat dalam konteks kalimat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan yang menghasilkan sebuah tulisan dengan mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan dg mengorganisasi gagasan dalam bahasa tulis secara baik dan benar sesuai dengan aturan, norma, kaidah bahasa yang berlaku.
Fachruddin (1988:6) menyatakan : “Kemampuan baca-tulis mendorong perkembangan intelektual seseorang”. Sementara itu Imam Syafi’I (1988:42) menyatakan bahwa seseorang yang berbakat menulis atau tidak berbakat menulis sama-sama mempunyai kemampuan menjadi penulis, agar kemampuan menulis dapat berkembang latihan-latihan menulis harus memperhatikan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam menulis secara baik dan benar. Sebuah tulisan dapat dikatakan baik apabila dikomunikasikan sesuai dengan tujuan dan situasi bahasa, sedangkan tulisan dapat dikatakan benar apabila sesuai dengan atuaran, norma dan kaidah yang berlaku pada suatu bahasa.
Yang dimaksud menulis dalam teks deskriptif adalah kemampuan menghasilkan gagasan atau ide dengan cara menggambarkan dan menjelaskan sebuah objek secara terperinci terhadap objek, gagasan, tempat peristiwa dan semacamnya yg ingin disampaikan penulis, atau secara singkat paragraph deskripsi biasanya di artikan sebagai paragraph yg isinya menggambarkan  suatu objek sehingga pembaca bisa seolah-olah melihat dan merasakan apa yg tertulis didalam paragraph tersebut.
Words Clustering Technique

Data Clustering

Earlier in this paper we defined clustering as a technique to achieve high data density. Another definition of clustering is a grouping of objects together. If a use case requires objects A, B and C to operate, then those objects should be co-located for optimal data density. If upon loading the database, those objects are physically allocated close to one another, then we say we have clustered those objects. Assume that the size of the three objects combined is less than the size of a physical database page. The clustering leads to high data density because when we fetch the page with object A, we will also get objects B and C. In this particular case, we need just one page transfer to get all objects required for our use case.
To accomplish good clustering, one must know the use cases and the objects involved in those use cases. Given that knowledge, the goals of clustering are:
• Cluster objects together which are accessed together
• Separate (de-cluster, or partition – we will discuss partitioning in detail later in this paper) objects which are never accessed together. This includes separating frequently accessed data from rarely accessed data.

Note: A change of object model may be required to accomplish the clustering goals. To that end, we will examine some object model change techniques as part of our discussion.

Clustering Techniques: Isolate Index

An index on a collection yields faster query performance. If the index is placed, as it is by default, in the same physical location as the collection itself and the items in the collection, then poor locality of reference for the index items is likely to occur. Restated, all the items which are related to the index should be placed in close proximity to one another. All items related to the collection (excluding the index) should be placed in close proximity to one another. The index items should not be interspersed with the collection nor the items contained within the collection. Therefore, if we cluster the index and all the index items together in an area that is physically distinct from the collection and/or the items in the collection, the index will be faster to fetch. If there are no non-index items interspersed with the index items, then fewer pages will be required to fetch the index to perform a query or update the index.
Another “side” benefit of clustering index items in an isolated area is less fragmentation. Why? If the index were interspersed with the collection and items in the collection and then the index were dropped (most likely so that it could be regenerated) the physical locale where the index items had been would be fragmented. Fragmentation lowers data density. By definition, if you fetch a page and some space on that page is empty due to fragmentation, then you have lower data density. Clustering
Clustering techniques fall into a group of undirected data mining tools. The goal of undirected data mining is to discover structure in the data as a whole. There is no target variable to be predicted, thus no distinction is being made between independent and dependent variables.
Clustering techniques are used for combining observed examples into clusters (groups) which satisfy two main criteria:
  • each group or cluster is homogeneous; examples that belong to the same group are similar to each other.
  • each group or cluster should be different from other clusters, that is, examples that belong to one cluster should be different from the examples of other clusters.
Depending on the clustering technique, clusters can be expressed in different ways:
  • identified clusters may be exclusive, so that any example belongs to only one cluster.
  • they may be overlapping; an example may belong to several clusters.
  • they may be probabilistic, whereby an example belongs to each cluster with a certain probability.
  • clusters might have hierarchical structure, having crude division of examples at highest level of hierarchy, which is then refined to sub-clusters at lower levels.
We will explain here the basics of the simplest of clustering methods: k-means algorithm. There are many other methods, like self-organizing maps (Kohonen networks), or probabilistic clustering methods (AutoClass algorithm), which are more sophisticated and proficient, but k-means algorithm seemed a best choice for the illustration of the main principles.


2.      Penelitian Yang Relevan Hasil Kajian Penelitian Terdahulu

3.      Kerangaka Berpikir



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Setting Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yaitu penelitian yang bertujuan utk meningkatkan pencaoaian siswa dan utk meningkatkan kemampuan siswa. Metodologi penelitian ini adalah sebagai berikut
1.      Tempat
Tempat penelitian dilakukan oleh peneliti di sekolah peneliti sendiri yaitu di SMAN 1 Bantan Kelas X. Kelas X ini terdiri dari 6 rombongan belajar dan penulis memilih kelas X 1 karena kelas ini merupakan kelas yang rendah pencapaian hasil belajarnya.
2.      Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yang di mulai dari bulan Maret sampai bulan Mei.
3.      Subject
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X 1 yang berjumlah 29 siswa dengan objek tindakan adalah kemampuan siswa menulis paragraph descriptif dg menggunakan  Terdiri dari      …..siswa laki-laki dan …siswa perempuan.
B.     Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan dalam 3 siklus. Siklus pertama mencari materi, merancang RPP, membuat RPP, memberikan Pre-test (boleh diadakan/tidak),memberikan tindakan/perlakuan, memberikan pengujian. Siklus kedua yaitu menganalisa hasil, refleksi, memberikan tindakan. Siklus ketiga menganalisa hasil, merefleksi.
C.     Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa tes tertulis dalam bentuk penugasan dan lembar obsevasi
D.    Analisis data
Keberhasilan penelitian ini ditentukan oleh meningkatnya hasil belajar dan respon yg baik dari siswa, oleh karena itu utk mengukur hasil belajar digunakan tes tertulis utk setiap siklus. Analisa data dilakukan dg melihat peningkatan hasil dari siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 yg dijelaskan berupa angka dan deskripsi kemajuan. Sedangkan respon siswa instrument yg digunakan adalah lembaran pengamatan dan data akan di analisa melalui deskripsi respon siswa selama proses belajar mengajar berlangsung

Tuesday, June 26, 2012

MENINGKATKAN PEMAHAMAN TEKS NARRATIVE SISWA KELAS XI IPA SEMESTER 1 SMAN 1 RENGAT MELALUI METODE ROLE PLAYING.


NAMA : MARDAWASTI, SS
SMAN 1 RENGAT INHU

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pentingnya peran Bahasa Inggris di kancah internasional pada saat ini tidak dapat dipungkiri lagi, bahasa Inggris sebagai bahasa perhubungan global akan semakin intensif digunakan dalam perbagai segi kehidupan aktifitas internasional, seperti dalam forum polotik, ekonomi, social, teknologi, informatika, dan lain sebagainya. Sehingga pemerintah Indonesia merasa sangat perlu memasukkan pelajaran Bahasa Inggris kedalam kurikulum pelajaran sekolah yang diajarkan kepada siswa mulai dari tingkat yang paling dasar, sampai ketingkat perguruan tinggi. 
Kompetensi dasar Bahasa Inggris mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, menulis. Aspek-aspek tersebut mendapat porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu. Dalam aspek membaca siswa perlu memahami jenis-jenis teks diantaranya teks naratif yang bertujuan menghibur pembaca atau pendengar. Teks naratif mempunyai langkah-langkah diantaranya diawali dengan orientasi, konflik dan penyelesaian masalah. Umumnya teks naratif menceritakan masa lampau yang pembacanya dapat mengambil pesan moral yang disampaikan melalui cerita. Bentuk-bentuk cerita tersebut akan muncul setiap ujian akhir nasional. Oleh sebab itu sangatlah penting siswa memahami teks tersebut.
Denngan memperhatikan fenomena tersebut diatas maka dituntut siswa sekolah menengah agar setelah lulus siswa mempunyai ketrampilan membaca dan memahami teks berbentuk naratif.
Mermperhatikan tujuan pembelajaran Bahasa Inggris di atas sangat penting bagi perkembangan pola berpikir siswa, maka untuk mentranspormasikan kepada siswa perlu diperhatikan metode dan strateginya, sehingga apa yang disampaikan bermanfaat bagi siswa, serta dapat diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu sarana pencapaian tujuan pengajaran bahasa Inggris adalah aspek membaca. Ketrampilan membaca pada siswa tingkat sekolah menengah perlu lebih diperhatikan karena beberapa alasan. Karena membaca teks bagian yg terpenting yg selalu di ujikan pada Ujian Nasional maupun ujian sekolah.  Melalui pemahaman bacaan akan menambah wawasan siswa.
Idealnya siswa kelas XI semester  bisa memahami dg baik dan mampu menceritakan kembali cerita yang sudah di bacanya juga mampu menemukan informasi tersurat maupun tersirat didalam sebuah teks naratif.
Mmelihat hasil ulangan harian yang penulis lakukan terhadap siswa kelas XI semester I SMAN 1 rengat Tahun Pelajaran 2011/2012 aspek memahami tek naratif dari 30 siswa, hanya sekitar 10  siswa saja yang tuntas, untuk itu perlu dilakukan perbaikan. Hal ini disebabkan strategi mengajar yang kurang tepat atau metode yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Bisa juga disebabkan rendahnya minat siswa atau kurangnya perbendaharan kata siswa.  
Untuk mencapai tujuan pengajaran bahasa Inggris khususnya keterampilan membaca banyak terdapat kendala-kendalanya, diantara kendalanya adalah rendahnya minat siswa, kurangnya perbendaharaan kata siswa. Bisa juga disebabkan strategi mengajar yang kurang tepat atau metode yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik materi dan siswa.
Sebagai seorang guru, penulis selalu memikirkan untuk memecahkan masalah- masalah yang di hadapi dalam proses belajar mengajar termasuk juga rendahnya pemahaman siswa terhadap teks naratif dan penulis menemukan alternatif pemecahan masalah melalui metode role playing, namun metode ini belum teruji secara ilmiah, oleh karena itu penulis membuat penelitian tindakan kelas dengan judul MENINGKATKAN PEMAHAMAN TEKS NARRATIVE SISWA KELAS XI IPA SEMESTER 1 SMAN 1 RENGAT MELALUI METODE ROLE PLAYING.
B.     Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini :
1.      Strategi mengajar yang kurang tepat.
2.      Metode mengajar yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik materi dan siswa.
3.      Rendahnya minat siswa
4.      Kurangnya perbendaharan kata siswa

C.    Pembatasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah diatas penelitian dibatasai hanya pada Peningkatan
Pemahaman membaca Teks Narrative dengan menggunakan metode role playing.

D.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Apakah melalui penggunaan metode role playing bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman membaca teks narrative?
2.      Bagaimana respon siswa dalam pemahaman membaca melalui penggunaan metode role playing?
E.     Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1.      Untuk mendapatkan informasi seberapa jauh kemampuan siswa dalam memahami membaca teks narrative.
2.      Untuk mendapatkan gambaran respon siswa dalam belajar teks narrative dg menggunakan metode role playing..
D. Manfaat penelitian
     Penelitian  ini akan bermanfaat antara lain sebagai berikut:
1.       Bagi siswa, penggunaan metode role playing merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa inggris aspek membaca siswa kelas XI semester 1SMAN 1 Rengat Tahun Pelajaran 2012/2013.
2.       Bagi guru, penggunaan metode role playing dapat dijadikan salah satu alternatif strategi pembelajaran Bahasa  Inggris di SMAN 1 Rengat.
3.       Bagi sekolah, merupakan bahan masukan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris khususnya, dan mata pelajaran lain umumnya di SMAN 1 Rengat.
4.       Bagi peneliti dapat dijadikan bahan masukan untuk penelitian yang lebih lanjut dan sebagai persyaratan untuk kenaikan pangkat dan golongan.









BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.      Kajian Teori
Penelitian ini berhubungan dengan membaca teks naratif dan role playing. Oleh
karena itu kajian teorinya adalah membaca teks naratif dan role playing.

A.    Teks naratif

B.     Membaca

Membaca menurut Paulo Freire membaca adalah menulis kembali apa yg dibaca dalam menemukan hubungan antara teks dan konteks dari teks bersangkutan dan bagaimana menghubungkan antara teks dan konteks dengan konteks pembacanya.


C.     Membaca teks naratif

D.    Role Playing

A role-playing game (RPG and sometimes roleplaying game[1][2]) is a game in which players assume the roles of characters in a fictional setting. Players take responsibility for acting out these roles within a narrative, either through literal acting, or through a process of structured decision-making or character development.[3] Actions taken within many games succeed or fail according to a formal system of rules and guidelines.[4]
There are several forms of RPG. The original form, sometimes called the tabletop RPG, is conducted through discussion, whereas in live action role-playing games (LARP) players physically perform their characters' actions.[5] In both of these forms, an arranger called a game master (GM) usually decides on the rules and setting to be used and acts as referee, while each of the other players plays the role of a single character.[6]
Several varieties of RPG also exist in electronic media, such as multi-player text-based MUDs and their graphics-based successors, massively multiplayer online role-playing games (MMORPGs). Role-playing games also include single-player offline role-playing video games in which players control a character or team who undertake quests, and may include capabilities that advance using statistical mechanics. These games often share settings and rules with tabletop RPGs, but emphasize character advancement more than collaborative storytelling.[7][8]
Despite this variety of forms, some game forms such as trading card games and wargames that are related to role-playing games may not be included. Role-playing activity may sometimes be present in such games, but it is not the primary focus.[9] The term is also sometimes used to describe roleplay simulation games and exercises used in teaching, training, and academic research.
Both authors and major publishers of tabletop role-playing games consider them to be a form of interactive and collaborative storytelling.[10][2][11] Events, characters, and narrative structure give a sense of a narrative experience, and the game need not have a strongly-defined storyline.[12] Interactivity is the crucial difference between role-playing games and traditional fiction. Whereas a viewer of a television show is a passive observer, a player in a role-playing game makes choices that affect the story.[13] Such role-playing games extend an older tradition of storytelling games where a small party of friends collaborate to create a story.
While simple forms of role-playing exist in traditional children's games of make believe, role-playing games add a level of sophistication and persistence to this basic idea with additions such as game facilitators and rules of interaction. Participants in a role-playing game will generate specific characters and an ongoing plot. A consistent system of rules and a more or less realistic campaign setting in games aids suspension of disbelief. The level of realism in games ranges from just enough internal consistency to set up a believable story or credible challenge up to full-blown simulations of real-world processes.

[edit] Varieties

Role-playing games are played in a wide variety of formats ranging from discussing character interaction in tabletop form to physically acting out characters in LARP to playing characters virtually in digital media.[14] There is also a great variety of systems of rules and game settings. Games that emphasize plot and character interaction over game mechanics and combat sometimes prefer the name storytelling game. These types of games tend to minimize or altogether eliminate the use of dice or other randomizing elements. Some games are played with characters created before the game by the GM, rather than those created by the players. This type of game is typically played at gaming conventions, or in standalone games that do not form part of a campaign.

A group playing a tabletop RPG. The GM is at left using a cardboard screen to hide dice rolls from the players.
Tabletop or pen-and-paper (PnP) RPGs are conducted through discussion in a small social gathering. The GM describes the game world and its inhabitants. The other players describe the intended actions of their characters, and the GM describes the outcomes.[15] Some outcomes are determined by the game system, and some are chosen by the GM.[16]
This is the format in which role-playing games were first popularized. The first commercially available RPG, Dungeons & Dragons (D&D), was inspired by fantasy literature and the wargaming hobby and was published in 1974.[17] The popularity of D&D led to the birth of the tabletop role-playing game industry, which publishes games with many different themes, rules, and styles of play.[18]
This format is often referred to simply as a role-playing game. To distinguish this form of RPG from other formats, the retronyms tabletop role-playing game or pen and paper role-playing game are sometimes used, though neither a table nor pen and paper are strictly necessary.[6]

[


2.      Penelitian Yang Relevan

3.      Kerangaka Berpikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Setting Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yaitu penelitian yang bertujuan utk meningkatkan pencaoaian siswa dan utk meningkatkan kemampuan siswa. Metodologi penelitian ini adalah sebagai berikut
1.      Tempat
Tempat penelitian dilakukan oleh peneliti di sekolah peneliti sendiri yaitu di SMAN 1 Bantan Kelas X. Kelas X ini terdiri dari 6 rombongan belajar dan penulis memilih kelas X 1 karena kelas ini merupakan kelas yang rendah pencapaian hasil belajarnya.
2.      Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yang di mulai dari bulan Maret sampai bulan Mei.
3.      Subject
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X 1 yang berjumlah 29 siswa dengan objek tindakan adalah kemampuan siswa menulis paragraph descriptif dg menggunakan  Terdiri dari      …..siswa laki-laki dan …siswa perempuan.
B.     Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan dalam 3 siklus. Siklus pertama mencari materi, merancang RPP, membuat RPP, memberikan Pre-test (boleh diadakan/tidak),memberikan tindakan/perlakuan, memberikan pengujian. Siklus kedua yaitu menganalisa hasil, refleksi, memberikan tindakan. Siklus ketiga menganalisa hasil, merefleksi.
C.     Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa tes tertulis dalam bentuk penugasan dan lembar obsevasi
D.    Analisis data
Keberhasilan penelitian ini ditentukan oleh meningkatnya hasil belajar dan respon yg baik dari siswa, oleh karena itu utk mengukur hasil belajar digunakan tes tertulis utk setiap siklus. Analisa data dilakukan dg melihat peningkatan hasil dari siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 yg dijelaskan berupa angka dan deskripsi kemajuan. Sedangkan respon siswa instrument yg digunakan adalah lembaran pengamatan dan data akan di analisa melalui deskripsi respon siswa selama proses belajar mengajar berlangsung

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian Siklus Pertama
Siklus pertama siswa melakukan pre-tes dengan hasil yg tertinggi…. Dan yg terendah… dg rincian siswa yg berada di atas KKM…siswa dan dibawah KKM…siswa dan rata-rata nilai siswa…
B.     Hasil Penelitian Siklus Kedua
C.     Hasil Penelitian Siklus Ketiga
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan
Dari hasil bab IV penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.       Dengan menggunakan words clustering technique kemampuan menulis teks deskriptif siswa meningkat.
b.      Dari hasil lembar pengamatan dapat terlihat meningkatnya aktivitas, kreativitas, dan motivasi belajar siswa pada Bahasa Inggris aspek menulis paragraph deskriptif
2.      Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dan selanjutnya ditarik kesimpulan, maka penulis menyaran sebagai berikut:
a.       Untuk meningkatkan kemampuan menulis teks deskriptif dalam Bahasa Inggris hendaknya menggunakan words clustering technique, sehingga dapat meminimalkan kegagalan siswa dalam menulis
b.      Gunakanalah words clustering technique dalam penulisan teks deskriptif, karena dapat meningkatkan keaktifan, kreatifitas dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris.