Thursday, June 28, 2012

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MELAFALKAN KATA BAHASA INGGRIS MELALUI LAGU PADA KELAS X SMA NEGERI 2 BANGKO



Oleh : RISMA B., S.Pd
SMA Negeri 2 Bangko – Rokan Hilir
HP. 085265071225 e-mail mha_layz7286@yahoo.com

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
           

Berdasarkan PERMEN No. 22 Tahun 2006 mengenai Standar Isi bahasa Inggris  Sekolah Menengah Atas bahwasanya ada empat kemampuan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu listening, reading, speaking dan writing.
Kemampuan mendengarkan atau listening skill yaitu pemahaman siswa dalam mendengarkan teks lisan dan memberi respon terhadap teks tersebut. Kemampuan membaca atau reading skill yaitu kemampuan siswa dalam memahami berbagai jenis teks bacaan seperti teks fungsional pendek maupun teks berbentuk genre. Kemampuan berbicara atau speaking skill yaitu kemampuan siswa dalam memberi respon berbentuk lannguage function. Kemampuan menulis atau writing skill yaitu kemampuan siswa dalam menulis teks bahasa Inggris.
            Salah satu dari keempat kemampuan berbahasa tersebut, sering dijumpai kesulitan siswa dalam kemampuan berbicara atau speaking skill. Salah satu item dari speaking yang harus dimiliki siswa adalah kemampuan melafalkan kata dalam bahasa Inggris. Pelafalan kata dalam bahasa Inggris sangat penting untuk dikuasai karena makna dari kata yang dilafalkan mempunyai arti tersendiri.
            Pelafalan kata bahasa Inggris pada siswa Sekolah Menengah Atas diharapkan siswa mampu berkomunikasi dan memberi respon dari ujaran yang diterima oleh lawan bicara dengan baik dan benar. Pembelajaran bisa dikatakan mampu berbicara dalam bahasa Inggris jika siswa yang mencapai KKM lebih dari 60%. Kenyataannya hanya 20% siswa yang mempunyai kemampuan dalam berbicara bahasa Inggris.
            Hal ini terbukti pada pembelajaran bahasa Inggris kelas X di SMA Negeri 2 Bangko pada kemampuan berbicara, terutama dalam pelafalan kata bahasa Inggris. Dari beberapa tes dan performance yang telah dilakukan 80% dari 39 siswa masih belum mampu berbicara dengan baik.
            Terjadinya kesenjangan dengan kondisi ideal yang sebenarnya kemungkinan disebabkan oleh tidak terbiasanya siswa berbicara dalam bahasa Inggris atau bisa juga disebabkan oleh keadaan sosial siswa yang terbiasaan menggunakan bahasa daerah mereka sehingga bahasa asing sulit untuk diterima dan dikomunikasikan, selain itu bisa juga disebabkan oleh kurangnya frekuensi siswa dalam mendengarkan kata-kata yang berbahasa Inggris seperti dari lagu dan film, kemungkinan yang lain sulitnya siswa dalam berbicara bahasa Inggris karena adanya perbedaan pelafalan antara guru dan siswa. Selain itu bisa juga disebabkan karena kurangnya motivasi siswa untuk membuka kamus pada saat menemukan kata yang tidak diketahui.
            Sebagai seorang guru penulis merasa terpanggil untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam tugas sebagai guru termasuk juga rendahnya kemampuan siswa dalam melafalkan kata-kata yang berbahasa Inggris.
            Oleh karena itulah penulis membuat Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MELAFALKAN KATA BAHASA INGGRIS MELALUI LAGU PADA KELAS X SMA NEGERI 2 BANGKO”
B.     Identifikasi Masalah
            Identifikasi dalam masalah ini adalah:
1.      Kebiasaan siswa dalam menggunakan bahasa daerah sehingga bahasa asing sulit untuk diterima,
2.      Rendahnya kemampuan siswa dalam mendengarkan kata bahasa Inggris,
3.      Adanya perbedaan pelafalan kata bahasa Inggris antara guru dan siswa,
4.      Kurangnya motivasi siswa untuk membuka kamus ketika menemukan kosa kata yang tidak diketahui,
5.      Kurangnya frekuensi siswa dalam mendengarkan kata bahasa Inggris melalui lagu dan film.

C.    Pembatasan Masalah
            Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi hanya pada peningkatan kemampuan siswa dalam melafalkan pengucapan kata bahasa Inggris melalui lagu dan film berbahasa Inggris.
D.    Rumusan Masalah
            Rumusan dalam masalah ini adalah:
1.      Apakah melalui lagu berbahasa Inggris mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam melafalkan kata bahasa Inggris?
2.      Seberapa jauhkah peningkatan kemampuan siswa dalam melafalkan kata bahasa Inggris?
3.      Seberapa besarkah respon siswa dalam melafalkan kata bahasa Inggris?
4.      Seberapa besarkah kendala-kendala yang dihadapi oleh siswa dalam melafalkan kata bahasa Inggris.

E.     Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian ini adalah:
1.      Untuk menemukan data atau informasi bahwa melalui lagu berbahasa Inggris dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam melafalkan kata bahasa Inggris,
2.      Untuk mendapatkan informasi seberapa jauh peningkatan kemampuan siswa untuk melafalkan kata bahasa Inggris,
3.      Untuk mendapatkan gambaran respon siswa dalam melafalkan kata bahasa Inggris
4.      Untuk bisa mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi melafalkan kata bahasa Inggris
F.     Manfaat Penelitian
            Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1.      Peningkatan penguasaan siswa kelas X SMA Negeri 2 Bangko dalam melafalkan kata bahasa Inggris melalui lagu.
2.      Guru bahasa Inggris dapat menggunakan lagu berbahasa Inggris untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas dalam melafalkan kata bahasa Inggris di kelas X SMA Negeri 2 Bangko.
3.      Melalui lagu berbahasa Inggris membantu memperbaiki pembelajaran bahasa Inggris di SMA Negeri 2 Bangko.
4.      Sebagai salah satu syarat untuk kenaikan pangkat pada guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.   Kajian Teori
            Penelitian ini berhubungan dengan pronunciation dan pembelajaran melalui lagu yang berbahasa Inggris, oleh sebab itu penulis menggunakan kajian teori sebagai berikut:
1.      Pronuncation

2.      Pembelajaran Pronunciation Melalui Lagu



B.   Penelitian yang Relevan
            Penelitian tentang meningkatkan kemampuan siswa dalam melafalkan kata bahasa Inggris melalui lagu dan film berbahasa Inggris sudah ada dilakukan oleh beberapa peneliti yaitu:
Nama               :
Judul               :
Tempat            :
Hasil                : ( jelaskan perbedaan/ persamaan pada peneliti)



C.   Kerangka Berpikir
Pronunciation
 
            Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
 








BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

            Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang bertujuan untuk mencapai hasil belajar dilakukan di kelas tempat peneliti mengajar. Metodologi penelitian ini adalah:
A.    Setting Penelitian
1.      Tempat
      Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Bangko yang terletak di Jalan SMA Pelabuhan Baru Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. SMA Negeri 2 ini di pimpin oleh Dra. Hayati Tatoe. Penulis memilih sekolah tersebut karena penulis mengajar di sekolah tersebut di kelas X, di kelas ini ada 8 lokal, lokal yang dipilih adalah kelas X3, karena kelas ini adalah kelas yang hasil belajarnya paling rendah diantara kelas yang lain.

2.      Waktu
      Penelitian ini diperkirakan pada 17 September – 17 Desember 2012.

3.      Subjek
      Kelas X3 berjumlah 39 orang yang terdiri dari 11 orang dan perempuan berjumlah 28 orang.
B.     Prosedur Penelitian
            Penelitian ini direncanakan dengan 3 siklus, yaitu:
Siklus I
a.       Mencari materi
b.      Menyiapkan RPP
c.       Pre test
d.      Memberikan perlakuan
e.       Memberi pengujian
           
            Siklus II
a.       Menganalisa hasil
b.      Refleksi
c.       Memberi tindakan

Siklus III
a.       Menganalisa hasil
b.      Refleksi

C.    Instrumen Penelitian
            Keberhasilan dari penelitian ini dilakukan oleh hasil belajar siswa, oleh karena itu untuk mengukur hasil belajar digunakan tes lisan siklus, Instrumen penelitian berupa tes lisan atau rekaman.

D.    Analisis Data
            Analisa data dilakukan dengan melihat peningkatan hasil dari siklus I, siklus II dan siklus III yang dijelaskan berupa angka dan deskripsi kemajuan. 

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESCRIPTIVE SISWA KELAS X SMAN 1 BANTAN DENGAN MENGGUNAKAN WORDS CLUSTERING TECHNIQUE


Nama : Widayati, S. Pd
SMAN 1 BANTAN-BENGKALIS
BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Berdasarkan permendiknas no 22 tahun 2006 tentang standar isi, ada 4 skill yang harus di kuasai siswa pada tingkat sekolah menengah atas pada mata pelajaran Bahasa Inggris yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Di tingkat SMA Bahasa Inggris merupakan salah satu mata pelajaran utama sbg syarat untuk kelulusan pada ujian akhir nasional. Diharapkan lulusan tingkat SMA mempunyai kemampuan berpikir, bernalar dan berwawasan luas dan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam Bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.
Penguasaan kompetensi Bahasa Inggris sebenarnya tidak hanya difokuskan pada keterampilan membaca tetapi juga harus diseimbangkan dengan keterampilan menulis. Dalam mata pelajaran Bahasa Inggris ada beberapa genre yang mutlak di pelajarai oleh siswa di tingkat SMA. Salah satunya adalah kemampuan menulis teks deskriptif. Teks deskriptif adalah sebuah teks yang menggambarkan atau menjelaskan tentang objek baik berupa orang, benda ataupun tempat. Yang memiliki generic structure yaitu identification dan description an object.  
Menulis merupakan suatu keterampilan bahasa yang produktif. Karena merupakan keterampilan bahasa yang produktf, maka dituntut siswa mampu mengetahui dan menguasai sistem kaidah-kaidah tata bahasa, penguasaan segi-segi linguistik, penguasaan wacana yang meliputi kemampuan menyusun atau mengorganisasi gagasan-gagasan dalam suatu bentuk  tuturan yang kohesif dan koheren, dan penguasaan strategi yang berupa kemampuan menggunakan strategi verbal maupun nonverbal untuk mengatasi  berbagai macam kesenjangan yang terjadi antara pembicara/penulis dengan pendengar atau pembaca.
Mermperhatikan tujuan pembelajaran Bahasa Inggris di atas sangat penting bagi perkembangan pola berpikir siswa, maka untuk mentranspormasikan kepada siswa perlu diperhatikan metode dan strateginya, sehingga apa yang disampaikan bermanfaat bagi siswa, serta dapat diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari dan juga dapat menunjang keberhasilan mata pelajaran lainnya.
Idealnya siswa kelas X semester 2 mampu menulis teks deskriptif menggunakan kaidah-kaidah yang ada yaitu menggunakan generic struktur yang tepat, memilih kosa kata yang tepat berdasarkan tema dan penggunaan simple present. Dan juga mampu menggambarkan suatu objek sehingga pembaca bisa seolah-olah melihat dan merasakan apa yg tertulis didalam teks tersebut.
Kenyataannya melihat hasil ulangan harian yang penulis lakukan terhadap siswa kelas X 1 semester II SMAN 1 Bantan Tahun Pelajaran 2011/2012 aspek kemampuan menulis siswa, hanya sekitar 40 % siswa saja yang tuntas, untuk itu perlu dilakukan perbaikan. Hal ini disebabkan metode pembelajaran menulis yang diterapkan guru di sekolah masih menggunakan metode/strategi pembelajaran tradisional atau konvensional. Pembelajaran menulis yang dilakukan hanya mengembangkan ide dan pikiran dari topik yang ada. Sehingga siswa menggunakan waktu yang lama untuk menemukan kosa kata dan kalimat yang tepat.  Bisa juga disebabkan rendahnya minat siswa atau kurangnya perbendaharan kata siswa.  Atau mungkin Penguasaan simple present yang rendah atau belum dimanfaatkannya alat peraga.
Sebagai seorang guru, penulis selalu memikirkan untuk memecahkan masalah- masalah yang di hadapi dalam proses belajar mengajar termasuk juga rendahnya kemampuan menulis paragraf deskripsi yang dihadapi siswa dan penulis menemukan alternatif pemecahan masalah melalui words clustering technique, namun metode ini belum teruji secara ilmiah, oleh karena itu penulis membuat penelitian tindakan kelas dengan judul MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAPH DESCRIPTIVE SISWA KELAS X SMAN 1BANTAN DENGAN MENGGUNAKAN  WORDS CLUSTERING TECHNIQUE
B.     Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini :
1.      Strategi mengajar yang kurang tepat.
2.      Metode mengajar yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik materi dan siswa.
3.      Rendahnya minat siswa
4.      Kurangnya perbendaharan kata siswa
5.      Penguasaan simple present yang rendah.
6.      Belum dimanfaatkannya alat peraga.
C.     Pembatasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah diatas penelitian dibatasai hanya pada Peningkatan
kemampuan menulis paragraf deskriptive dengan menggunakan words clustering technique.
D.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Apakah melalui penggunaan words  clustering technique bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf deskriptif?
2.      Bagaimana respon siswa dalam menulis paragraf deskriptif melalui penggunaan words clustering technique?
E.     Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1.      Dengan menggunakan words clustering technique apakah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraph deskripsi.
2.      Untuk mendapatkan gambaran respon siswa dalam belajar paragraf deskripsi dg menggunakan words clustering technique.
D. Manfaat penelitian
     Penelitian  ini akan bermanfaat antara lain sebagai berikut:
1.       Bagi siswa, penggunaan words clustering technique merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa inggris aspek menulis siswa kelas X semester 2 SMAN 1 Bantan Tahun Pelajaran 2012/2013.
2.       Bagi guru, penggunaan words cluster technique dapat dijadikan salah satu alternatif strategi pembelajaran Bahasa  Inggris di SMAN 1 Bantan.
3.       Bagi sekolah, merupakan bahan masukan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris khususnya, dan mata pelajaran lain umumnya di SMAN 1 Bantan.
4.       Bagi peneliti dapat dijadikan bahan masukan untuk penelitian yang lebih lanjut dan sebagai persyaratan untuk kenaikan pangkat dan golongan.




BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.      Kajian Teori
Penelitian ini berhubungan dengan menulis teks deskriptif dan clustering technique. Oleh
karena itu kajian teorinya adalah menulis teks deskritif dan word clustering technique.
A.    Text deskriptif
Deskriptif Adalah paragraph yg bertujuan memberikan kesan atau impresi kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat peristiwa dan semacamnya yg ingin disampaikan penulis, atau secara singkat paragraph deskripsi biasanya di artikan sebagai paragraph yg isinya menggambarkan  suatu objek sehingga pembaca bisa seolah-olah melihat dan merasakan apa yg tertulis didalam paragraph tersebut. (http://carapedia.com.paragraf_deskripsi_info1984.html)
Dalam keilmuan, deskripsi diperlukan agar peneliti tidak melupakan pengalamannya dan agar pengalaman tersebut dapat dibandingkan dengan pengalaman peneliti lain, sehingga mudah untuk dilakukan pemeriksaan dan kontrol terhadap deskripsi tersebut. Pada umumnya deskripsi menegaskan sesuatu, seperti apa sesuatu itu kelihatannya, bagaimana bunyinya, bagaimana rasanya, dan sebagainya. Deskripsi yang detail diciptakan dan dipakai dalam disiplin ilmu sebagai istilah teknik.
Disamping itu Andy the gunnerz menambahkan  deskripsi adalah tulisan yang bertujuan untuk menjelaskan sebuah objek secara terperinci tanpa adanya pengaruh pendapat pendapat pengarang di dalam deskripsi tsb.
Berdasarkan teori diatas dipahami bahwa …

B.     Menulis dalam teks deskriptif
Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti menulis merupakan kemampuan yang tidak penting.
Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik. Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.
Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.
Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Heaton dalam St. Y. Slamet (2008: 141) menambahkan menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks.
Gebhardt dan Dawn Rodrigues (1989: 1) juga menambahkan writing is one of the most important things you do in college. Menulis merupakan salah satu hal paling penting yang kamu lakukan di sekolah. Kemampuan menulis yang baik memegang peranan yang penting dalam kesuksesan, baik itu menulis laporan, proposal atau tugas di sekolah.
Lebih lanjut pengertian menulis diungkapkan juga oleh Barli Bram (2002: 7) in principle, to write means to try to produce or reproduce writen message. Barli Bram mengartikan menulis sebagai suatu usaha untuk membuat atau mereka ulang tulisan yang sudah ada.
Fachrudin (1988:2) mengatakan secara garis besar bahwa menulis dapat dipahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami dengan tepat seperti yang dimaksud oleh penulis.
Menulis merupakan kegiatan berpikir teratur. Keteraturan dalam menulis ini tampak pada keteraturan menuangkan gagasan dan menggunakan kaidah-kaidah bahasa. Agar gagasan dapat diterima dengan baik oleh pembaca, maka seorang penulis harus menguasai tujuan penulisan dan konteks berbahasa serta kaidah-kaidah bahasan.
Sebuah tulisan dikatakan baik apabila disampaikan sesuai tujuan dan situasi berbahasa, sedangkan tulisan dapat dikatakan benar apabila sesuai dengan aturan, norma, kaidah bahasa yang berlaku. Selain menguasai atuaran/kaidah bahasa, penulis juga diharapkan dapat menyusun pilihan kata yang terdapat dalam konteks kalimat.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan yang menghasilkan sebuah tulisan dengan mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan dg mengorganisasi gagasan dalam bahasa tulis secara baik dan benar sesuai dengan aturan, norma, kaidah bahasa yang berlaku.
Fachruddin (1988:6) menyatakan : “Kemampuan baca-tulis mendorong perkembangan intelektual seseorang”. Sementara itu Imam Syafi’I (1988:42) menyatakan bahwa seseorang yang berbakat menulis atau tidak berbakat menulis sama-sama mempunyai kemampuan menjadi penulis, agar kemampuan menulis dapat berkembang latihan-latihan menulis harus memperhatikan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam menulis secara baik dan benar. Sebuah tulisan dapat dikatakan baik apabila dikomunikasikan sesuai dengan tujuan dan situasi bahasa, sedangkan tulisan dapat dikatakan benar apabila sesuai dengan atuaran, norma dan kaidah yang berlaku pada suatu bahasa.
Yang dimaksud menulis dalam teks deskriptif adalah kemampuan menghasilkan gagasan atau ide dengan cara menggambarkan dan menjelaskan sebuah objek secara terperinci terhadap objek, gagasan, tempat peristiwa dan semacamnya yg ingin disampaikan penulis, atau secara singkat paragraph deskripsi biasanya di artikan sebagai paragraph yg isinya menggambarkan  suatu objek sehingga pembaca bisa seolah-olah melihat dan merasakan apa yg tertulis didalam paragraph tersebut.
Words Clustering Technique

Data Clustering

Earlier in this paper we defined clustering as a technique to achieve high data density. Another definition of clustering is a grouping of objects together. If a use case requires objects A, B and C to operate, then those objects should be co-located for optimal data density. If upon loading the database, those objects are physically allocated close to one another, then we say we have clustered those objects. Assume that the size of the three objects combined is less than the size of a physical database page. The clustering leads to high data density because when we fetch the page with object A, we will also get objects B and C. In this particular case, we need just one page transfer to get all objects required for our use case.
To accomplish good clustering, one must know the use cases and the objects involved in those use cases. Given that knowledge, the goals of clustering are:
• Cluster objects together which are accessed together
• Separate (de-cluster, or partition – we will discuss partitioning in detail later in this paper) objects which are never accessed together. This includes separating frequently accessed data from rarely accessed data.

Note: A change of object model may be required to accomplish the clustering goals. To that end, we will examine some object model change techniques as part of our discussion.

Clustering Techniques: Isolate Index

An index on a collection yields faster query performance. If the index is placed, as it is by default, in the same physical location as the collection itself and the items in the collection, then poor locality of reference for the index items is likely to occur. Restated, all the items which are related to the index should be placed in close proximity to one another. All items related to the collection (excluding the index) should be placed in close proximity to one another. The index items should not be interspersed with the collection nor the items contained within the collection. Therefore, if we cluster the index and all the index items together in an area that is physically distinct from the collection and/or the items in the collection, the index will be faster to fetch. If there are no non-index items interspersed with the index items, then fewer pages will be required to fetch the index to perform a query or update the index.
Another “side” benefit of clustering index items in an isolated area is less fragmentation. Why? If the index were interspersed with the collection and items in the collection and then the index were dropped (most likely so that it could be regenerated) the physical locale where the index items had been would be fragmented. Fragmentation lowers data density. By definition, if you fetch a page and some space on that page is empty due to fragmentation, then you have lower data density. Clustering
Clustering techniques fall into a group of undirected data mining tools. The goal of undirected data mining is to discover structure in the data as a whole. There is no target variable to be predicted, thus no distinction is being made between independent and dependent variables.
Clustering techniques are used for combining observed examples into clusters (groups) which satisfy two main criteria:
  • each group or cluster is homogeneous; examples that belong to the same group are similar to each other.
  • each group or cluster should be different from other clusters, that is, examples that belong to one cluster should be different from the examples of other clusters.
Depending on the clustering technique, clusters can be expressed in different ways:
  • identified clusters may be exclusive, so that any example belongs to only one cluster.
  • they may be overlapping; an example may belong to several clusters.
  • they may be probabilistic, whereby an example belongs to each cluster with a certain probability.
  • clusters might have hierarchical structure, having crude division of examples at highest level of hierarchy, which is then refined to sub-clusters at lower levels.
We will explain here the basics of the simplest of clustering methods: k-means algorithm. There are many other methods, like self-organizing maps (Kohonen networks), or probabilistic clustering methods (AutoClass algorithm), which are more sophisticated and proficient, but k-means algorithm seemed a best choice for the illustration of the main principles.


2.      Penelitian Yang Relevan Hasil Kajian Penelitian Terdahulu

3.      Kerangaka Berpikir



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Setting Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yaitu penelitian yang bertujuan utk meningkatkan pencaoaian siswa dan utk meningkatkan kemampuan siswa. Metodologi penelitian ini adalah sebagai berikut
1.      Tempat
Tempat penelitian dilakukan oleh peneliti di sekolah peneliti sendiri yaitu di SMAN 1 Bantan Kelas X. Kelas X ini terdiri dari 6 rombongan belajar dan penulis memilih kelas X 1 karena kelas ini merupakan kelas yang rendah pencapaian hasil belajarnya.
2.      Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yang di mulai dari bulan Maret sampai bulan Mei.
3.      Subject
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X 1 yang berjumlah 29 siswa dengan objek tindakan adalah kemampuan siswa menulis paragraph descriptif dg menggunakan  Terdiri dari      …..siswa laki-laki dan …siswa perempuan.
B.     Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan dalam 3 siklus. Siklus pertama mencari materi, merancang RPP, membuat RPP, memberikan Pre-test (boleh diadakan/tidak),memberikan tindakan/perlakuan, memberikan pengujian. Siklus kedua yaitu menganalisa hasil, refleksi, memberikan tindakan. Siklus ketiga menganalisa hasil, merefleksi.
C.     Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa tes tertulis dalam bentuk penugasan dan lembar obsevasi
D.    Analisis data
Keberhasilan penelitian ini ditentukan oleh meningkatnya hasil belajar dan respon yg baik dari siswa, oleh karena itu utk mengukur hasil belajar digunakan tes tertulis utk setiap siklus. Analisa data dilakukan dg melihat peningkatan hasil dari siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 yg dijelaskan berupa angka dan deskripsi kemajuan. Sedangkan respon siswa instrument yg digunakan adalah lembaran pengamatan dan data akan di analisa melalui deskripsi respon siswa selama proses belajar mengajar berlangsung