Tuesday, June 26, 2012

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARRATIVE MELALUI PENJELASAN LANGKAH-LANGKAH RETORIKA DI KELAS X SMAN 1 INDRA PRAJA TEMBILAHAN


Oleh : PUTIKAH, S.Pd
                                                            SMAN 1 INDRA PRAJA TEMBILAHAN

BAB  1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, ada empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki peserta didik, yaitu mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing). Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus di pelajari peserta didik. Keterampilan ini tidak selalu mudah dilakukan. Diperlukan proses belajar dan latihan untuk mengasah bakat dan keterampilan menulis yang sudah ada.
Keterampilan menulis ini menjadi sangat penting bagi peserta didik karena dengan menulis peserta didik dapat mengukur kemampuan berbahasa dan mengukur penguasaan kosakata yang dimilikinya. Selain itu, peserta didik juga dapat menuangangkan ide-ide yang selama ini sulit untuk di kemukakan secara lisan.
Dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SMA, ada beberapa jenis teks atau genre atau text types yang harus dikuasai oleh peserta didik, salah satunya adalah teks narrative. Menulis teks narrative merupakan kompetensi menulis yang sudah ada dan dimulai di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Peserta didik dapat mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasannya kepada orang lain melalui kegiatan menulis nararative. Kemampuan menulis narrative tidak secara otomatis dapat dikuasai oleh peserta didik, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur sehingga peserta didik akan lebih mudah berekspresi dalam kegiatan menulis.
Berkaitan dengan keterampilan menulis, peserta didik diharapkan mampu menulis teks narrative. Idealnya peserta didik mampu menulis teks narrative sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan yang tercakup dalam langkah-langkah retorika teks narative yang terdiri dari generic stucture (susunan umun teks) yang mencakup orientation, complication dan resolution,  serta menggunakan languange features seperti simple past tense (verb 2), action verbs, dan conjunction. Selain itu tulisan yang dihasilkan oleh peserta didik mengandung pesan moral (moral value).
Namun kenyataannya, masih banyak peserta didik yang belum mampu menulis dengan baik. Hal ini di karenakan, peserta didik tidak atau belum memahami perbedaan-perbedaan yang ada dalam setiap teks tersebut. Oleh sebab itu, perlu adanya penjelasan yang lebih sehingga peserta didik dapat membedakan setiap jenis teks secara mudah dan dapat mengembangkan keterampilan menulis mereka dengan langkah-langkah retorika dari setiap teks tersebut.
Terjadi kesenjangan antara hasil ideal dengan kenyataan  yang ditemukan disekolah dalam kemampuan menulis peserta didik  disebabkan oleh motivasi peserta didik  yang rendah atau peserta didik belum memahami genre based approach, kemungkinan lain dikarenakan  keterbatasan kosakata yang dimiliki peserta didik atau mungkin juga karena peserta didik kurang memahami languange features dari setiap jenis teks atau kemungkinan terbesar pendidik kurang memberi penjelasan langkah-langkah retorika dari setiap jenis teks kepada peserta didik.
Sebagai seorang guru, penulis merasa terpanggil untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam tugas sebagai pendidik dalam proses belajar mengajar termasuk juga rendahnya kemampuan menulis peserta didik dan penulis merasa menemukan cara untuk memecahannya yaitu melalui penjelasan langkah-langkah retorika. Namun peningkatan kemampuan menulis peserta didik belum teruji secara ilmiah, oleh karena alasan inilah penulis membuat penelitaian tindakan kelas dengan judul
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARRATIVE   MELALUI  PENJELASAN  LANGKAH-LANGKAH RETORIKA DI KELAS X SMAN 1 INDRA PRAJA TEMBILAHAN

B.    Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Motivasi peserta didik yang rendah
2.      Peserta didik belum memahami genre based approach
3.      Keterbatasan kosakata yang dimiliki peserta didik
4.      Peserta didik kurang memahami languange features dari setiap jenis teks
5.      Pendidik kurang memberi penjelasan langkah-langkah retorika dari setiap jenis teks kepada peserta didik

C.     Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penelitian ini dibatasi hanya pada meningkatkan kekampuan menulis teks narrative peserta didik kelas X melalui penjelasan langkah-langkah retorika.

D.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Apakah melalui penjelasan langkah-langkah retorika dapat meningkatkan kemampuan menulis teks narrative peserta didik kelas X SMAN 1 Indra Praja Tembilahan?
2.      Sejauhmanakah meningkatnya kemampuan menulis teks narrative peserta didik kelas X SMAN 1 Indra Praja Tembilahan melalui penjelasan langkah-langkah retorika?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1.      Untuk menemukan data dan informasi bahwa melalui penjelasan langkah-langkah retorika dapat meningkatkan kemampuan menulis teks narrative peserta didik kelas X SMAN 1 Indra Praja Tembilahan
2.      Untuk mendapatkan data dan informasi bahwa seberapa jauh meningkatnya kemampuan menulis teks narrative peserta didik kelas X SMAN 1 Indra Praja Tembilahan melalui penjelasan langkah-langkah retorika

F.     Manfaat Penelitian
a.    Bagi Siswa
Untuk meningkatkan kemampuan menulis peserta didik menurut jenis teks yang sesuai dengan lebih aktif, efektif dan efisien
b.        Bagi Guru
Meningkatkan keterampilan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran





BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA

A.                Kajian Teoritis

2.1.Teori Menulis
Dengan berdasar pada betapa pentingnya keterampilan menulis ini, para ahli banyak yang mencoba mendefinisikan keterampilan atau kegiatan menulis ini sesuai dengan pendapatnya masing-masing. Berikut akan disampaikan beberapa pengertian menulis menurut para ahli.
Menurut Djuharie (2005: 120), menulis merupakan suatu keterampilan yang dapat di bina dan di latihkan. Hal ini senada dengan apa yang di ungkapkan Ebo (2005: 1), bahwa setiap orang bisa menulis. Artinya, kegiatan menulis itu dapat dilakukan oleh setiap orang dengan cara dibina dan dilatihkan.
Mengenai Pengertian menulis, Pranoto (2004: 9) berpendapat, bahwamenulis berarti menuangkan buah pikiran kedalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis juga dapat di artikan sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, melalui proses menulis kita dapat berkomunikasi secara tidak langsung.
Batasan menulis menurut Tarigan (1994: 21), yaitu menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik, menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hal ini merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis dan menulis.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui hasil kegiatan menulis adalah sebuah tulisan. Hasil sebuah tulisan pada dasarnya adalah untuk menyampaikan pikiran, pendapat, atau gagasan yang muncul. Mengingat fungsi utama kegiatan menulis merupakan sarana berkomunikasi secara tidak langsung, maka penting bagi peserta didik untuk mempelajari keterampilan menulis. Selain dapat meningkatkan kecakapan berpendapat, menulis juga dapat melatih peserta didik menuangkan ide pikiran dengan lebih mudah. Dapat disimpulkan menulis adalah kegiatan yang produktif dan ekspresif dengan cara mengungkapkan gagasan yang ada dalam pikiran kita kedalam bentuk tulisan.

2.2. Teks Narrative
A narrative text is an imaginative story to entertain people (teks narasi adalah cerita imaginatif yang bertujuan menghibur orang). 
Jika melihat pada kamus bahasa Inggris, secara harfiah narrative bermakna (1) a spoken or written account of connected events; a story. (2) the narrated part of a literary work, as distinct from dialogue. (3) the practice or art of narration. 
(Narrative bermakna : 1. sebuah cerita baik terucap atau tertulis tentang peristiwa-peristiwa yang berhubungan. 2. bagian yang diceritakan dalam sebuah karya sastra, berbeda dengan dialog. 3. Praktik atau seni bercerita)
Jika disimpulkan, maka sebuah narrative text adalah teks yang berisi sebuah cerita baik tertulis ataupun tidak tertulis dan terdapat rangkaian peristiwa yang saling terhubung.

2.3. Langkah – Langkah Retorika
Kehidupan manusia jelas tak lepas dari retorika, dari keseharian individual sampai kehidupan sosial yang kompleks. Soalnya adalah retorika seperti apakah yang patut dikembangkan sehingga mencerahkan kehidupan bersama. Dalam Modern rhetorical Criticism (1977), Roderick P. Hart melukiskan ‘alam pikiran retorika’ yang dipandangnya sehat. Suatu retorika yang baik, katanya, harus memadukan empat aspek. Pertama, scientifically demonstrable; harfiahnya suatu tuturan harus bisa dibuktikan secara ilmiah atau berdasarkan fakta.
Kedua, artistically creative; terutama berasosiasi dengan pemanfaatan retorika secara particular, yakni dalam pengucapan seni. Dalam berbahasa sehari-hari tentu tidak perlu berbunga-bunga, yang penting jelas dan santun. Ketiga, philosophically reasonable; memperhatikan moral dan etika dalam bertutur untuk membedakan baik dan buruk, manfaat dan mudarat, berkah dan mubazir. Akhirnya, keempat, socially concerned; suatu retorika, apalagi yang terbuka untuk umum, haruslah bertemali dan bermanfaat memecahkan masalah orang banyak sehingga menyejahterakan kehidupan bersama lahir-batin.
Generic Structure dari Narrative Text
Orientation : It is about the opening paragraph where the   characters of the story are introduced.(berisi pengenalan tokoh, tempat dan waktu terjadinya cerita (siapa atau apa, kapan dan dimana) 
Complication : Where the problems in the story developed. (Permasalahan muncul / mulai terjadi dan berkembang)
Resolution : Where the problems in the story is solved. Masalah selesai, --- secara baik "happy ending" ataupun buruk "bad ending".
B.     Penelitian yang Relevan





C.     Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah

Peserta didik             Teks Narrative

                                                Writing            Langkah-langkah        Kemampuan
                                                                        Retorika                      Menulis
















BAB  III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar peserta didik dan dilakukan dikelas tempat penulis mengajar. Metodologi penelitiannya adalah sebagai berikut :
A.    Setting Penelitian
1.      Tempat
Peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertempat di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Indra Praja Tembilahan  yang terletak di Jalan Pendidikan Kecamatan TembilahanKabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.

2.      Waktu
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diperkirakan selama dua bulan mulai awal bulan September 2012 sampai akhir bulan Oktober 2012.

3.      subjek tindakan dalam penelitian ini adalah Peserta didik kelas X.1 yang berjumlah 25 orang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 18 orang perempuan.



B.     Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan diadakan dalam 3 (tiga) siklus. Siklus pertama  yaitu mencari materi, merancang RPP, memberikan pretest, memberikan tindakan, memberikan penyajian. Siklus kedua yaitu menganalisa hasil, refleksi, memberikan tindakan. Siklus ketiga yaitu menganalisa hasil, refleksi .

C.     Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini berupa test tertulis yaitu pemberian penugasan kepada peserta didik.

D.    Analisis Data
Keberhasilan penelitian ini ditentukan oleh meningkatnya hasil belajar. Oleh karena itu untuk mengukur hasil belajar digunakan test tertulis untuk setiap siklus. Analisa data dilakukan dengan melihat perkembangan peningkatan hasil dari siklus 1 (satu), 2 (dua), dan 3 (tiga) yang dijelaskan berupa angka dan deskripsi kemajuan.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESCRIPTIVE MELALUI METODE ESTAFET WRITING DI KELAS XI SMAN 2 RAMBAH HILIR


By. NUR IKHSAN,S.Pd
SMAN 2 RAMBAH HILIR (ROHUL)
HP: 081365774929



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan (Listening),berbicara (Speaking),membaca (Reading) dan menulis (Writing).
Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat literasi tertentu.
Didalam pembelajaran bahasa inggris ada beberapa  materi yang harus dikuasai oleh peserta didik tingkat SMA, seperti teks fungsional pendek, percakapan interpersonal, dan teks yang berbentuk narrative, recount, report, procedure, newsitem, hortatory exposition, analytical exposition, explanation, discussion,and review (Genre based Approach). Salah satu teks tersebut berbentuk descriptive.
Sebagaimana tercantum didalam standar isi, tentang kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa tingkat SMA dalam menulis adalah mampu mengungkapkan berbagai makna (interpersonal) dalam berbagai teks tulis interaksional dan monolog yang  berbentuk narrative, report, recount, dan lainnya pada umumnya, khususnya siswa diharapkan mampu membuat teks singkat yang berbentuk descriptive.
Namun kenyataannya, kemampuan siswa kelas X SMAN 2 Rambah Hilir dalam menulis, khususnya teks yang berbentuk descriptive sangatlah rendah. Sebahagian siswa belum mampu membuat teks singkat yang berbentuk descriptive.
Kemungkinan rendahnya kemampuan menulis siswa dalam teks yang berbentuk descriptive disebabkan oleh motivasi siswa yang rendah, atau karena metode penilaian yang tidak tepat,  bisa juga karena rendahnya penguasaan tata bahasa inggris, atau mungkin karena metode mengajar yang tidak tepat, dan frekuensi latihan yang tidak cukup.
Sebagai seorang guru, penulis merasa terpanggil untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran, termasuk juga rendahnya kemampuan menulis siswa kelas X SMAN 2 Rambah Hilir dalam teks yang berbentuk descriptive. Dan penulis merasa menemukan pemecahannya yaitu melalui metode estafet writing, namun peningkatan kemampuan menulis siswa dalam teks descriptive belum teruji secara ilmiah. Oleh karena itulah penulis membuat penelitian tindakan kelas dengan judul: MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESCRIPTIVE SISWA KELAS X SMAN 2 RAMBAH HILIR MELALUI METODE ESTAFET WRITING.
B.       Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, indikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Motivasi siswa yang rendah
2.      Metode penilaian yang tidak tepat.
3.      Rendahnya penguasaan tata bahasa inggris
4.      Metode mengajar yang tidak tepat
5.      Frekuensi latihan yang tidak cukup

C.      Pembatasan  Masalah
Berdasarkan indikasi masalah diatas, penelitian ini dibatasi hanya pada   meningkatkan kemampuan menulis teks descriptive siswa kelas X SMAN 2 Rambah Hilir melalui metode estafet writing.
D.      Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.      Sejauh manakah peningkatan kemampuan menulis teks descriptive siswa X SMAN 2 Rambah Hilir melalui metode estafet writing?
2.      Kendala – kendala apakah yang dihadapi dalam menerapkan metode estafet writing?
3.      Bagaimana penggunaan metode estafet dapat meningkatkan kemampuan menulis teks descriptive siswa?
4.      Apakah metode estafet writing dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa?

E.       Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui sejauh manakah kemampuan menulis teks descriptive siswa kelas X SMAN 2 Rambah Hilir melalui metode estafet writing  .
2.      Untuk mengatasi kendala – kendala  yang dihadapi dalam menulis.
3.      Untuk mengetahui bagaimana penggunaan metode estafet dapat meningkatkan kemampuan menulis teks descriptive siswa.
4.      Untuk mengetahui apakah metode estafet writing dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa.

F.       Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini dapat berguna untuk :
1.      Guru
Dapat memberikan informasi tentang metode yang sesuai dengan pembelajaran
2.      Siswa
Meningkatkan motivasi dan prestasi pada pelajaran bahasa inggris.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.          Kajian Teoritik
A.1. Pengertian Menulis

Menulis dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya (Suparno dan M. Yunus dalam St.Y. Slamet, 2007: 96). Sementara itu Puji Santosa, dkk (2008: 6.14) mengemukakan bahwa menulis dapat dianggap sebagai proses ataupun suatu hasil. Menulis adalah menemukan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu (Tarigan dalam Muchlisoh, 1993: 233). Menurut Byrne dalam St.Y. Slamet (2008: 141) mengungkapkan bahwa keterampilan menulis pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata dapat disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil.

A.2. Pengertian Descriptive Text


A.3. Metode Estafet Writing.
Estafet writing adalah salah satu strategi yang digunakan didalam proses pembelajaran bahasa inggris yang mana diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis. Dimana adanya kerjasama antar siswa yang satu dengan yang lainnya. Sehingga pada akhirnya siswa dapat membuat sebuah teks secara berantai.
Melalui metode estafet writing didalam menulis sebuah teks, diharapkan secara umum siswa kelas X SMAN 2 Rambah Hilir  mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, ide dan pendapatnya, khususnya mampu menghasilkan sebuah teks singkat yang berbentuk descriptive.
B.            Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang Kemampuan Menulis Teks descriptive Melalui Estafet Writing, pernah diteliti oleh: Siti Syathariah, yang judulnya Meningkatkan Motivasi dan Kemauan Siswa dalam Menulis Puisi dengan Metode Estafet Writing, 2010 yang mana hasilnya diketahui bahwa selama proses pembelajaran menulis puisi dengan metode Estafet Writing motivasi siswa meningkat.
 Walaupun begitu, penelitian ini memiliki persamaan dengan masalah yang penulis angkat yaitu sama-sama menggunakan metode Estafet Writing.
Adapun perbedaannya dengan penelitian yang penulis angkat adalah penulis membahas tentang kemampuan menulis teks descriptive, akan tetapi Penelitian Siti Syathariah mengangkat tentang motivasi dan kemauan siswa dalam menulis puisi.













BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan kelas yaitu penelitian yang bertujuan untuk pencapaian hasil belajar siswa.
A.     Setting Penelitian
A.1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 2 Rambah Hilir, karena penulis mengajar disekolah ini. Sehingga penilitian ini tidak dapat dengan mudah dilaksanakan dan bahkan tidak akan menganggu kegiatan proses belajar mengajar di sekolah ini.
A.2. Subject
            Adapun subject penelitian ini adalah siswa kelas X.C  yang berjumlah 30 orang siswa; 12 laki-laki dan 18 perempuan. Adapun alasan penulis memilih kelas tersebut karena disebabkan sebagian besar siswa kelas X.C memiliki kemampuan menulis writing yang rendah.
A.3. Waktu
            Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012 / 2013, tepatnya pada bulan September – November 2012.

B.          Prosedur  Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilaksanakan dalam 3 siklus, siklus pertama adalah mencari materi, merancang RPP, melaksanakan pretest, memberi perlakuan ( mengajar) dan memberikan pengujian. Adapun siklus kedua adalah menganalisa hasil pretest dan pengujian, menganalisa hasil refleksi dan memberi tindakan. Kemudian siklus ketiga adalah mengoreksi hasil.

C.          Instrumen Penelitian
Adapun instrument penelitian ini berupa penugasan, yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis siswa.


D.          Analisis Data
Keberhasilan penelitian ini ditentukan oleh meningkatnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mengukur hasil belajar siswa, instrument yang digunakan adalah memberi penugasan untuk setiap siklus. Analisa data dilakukan dengan melihat perkembangan peningkatan hasil belajar dari siklus 1, siklus 2 dan siklus 3, yang dijelaskan dalam bentuk angka dan deskripsi kemajuan.






















MATERI; CONTOH SEBUAH TEKS DESCRIPTIVE

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
            Proses pembelajaran direncanakan dalam tiga kegiatan, yaitu (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, (3) kegiatan akhir. Berikut ini adalah uraiannya:

KEGIATAN AWAL
1.      Pertama mengabsen kehadiran siswa dan menkondisikan kelas untuk memulai pelajaran.
2.      Kemudian   mereview pelajaran yang lalu pada kompetensi reading  pada    teks narrative serta guru bertanya jawab tentang generic structure, communicative purpose, dan language feature teks narrative.
3.      Setelah itu guru memberikan contoh sebuah teks  descriptive kepada siswa.

KEGIATAN INTI
1.      Pelaksanaan dengan menggunakan metode estafet writing, diawali dengan penjelasan tentang langkah-langkah metode pembelajaran estafet writing.
2.      Kemudian guru membagi siswa atas 6 kelompok kecil yang beranggotakan 5 siswa tiap-tiap kelompok.


Sunday, June 24, 2012

Penguasaan Kosa kata


MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KOSA KATA MENULIS TEKS RECOUNT MELALUI MEDIA CHART SISWA KELAS X DI SMAN 1 PANGKALAN KERINCI
                                                           Oleh : Claudia, SPd
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang 
Vocabulary merupakan salah satu componen penting dalam pengajaran bahasa Inggris disamping komponen lainnya seperti structure, pronunciation dan intonation. Vocabulary mempunyai peranan yang sangat vital, karena jika seorang siswa lemah dalam penguasaan vocubalary, la tidak dapat mengkomunikasikan pikiran dan idenya dengan jeias seperti yang diinginkannya baik lisan maupun tulisan. la tidak bisa mengutarakan secara sempurna apa yang ingin ia sampaikan saat dia berbicara atau menulis. Demikian juga ia tidak dapat mengerti dengan baik isi teks yang ia baca karena ia kekurangan kosa kata yang membentuk kalimat yang diucapkan secara lisan dan tulisan serta untuk membaca serta mendengarkan berita atau percakapan dari berbagai sumber. Sudah merupakan pendapat umum, memiliki kosakata yang memadai merupakan modal atau kenderaan untuk lancarnya berkomunikasi (Adil Al¬Kufashi,1988). Lebih lanjut Jeremy Harmer (1991)menganalog kan jika bahasa itu merupakan sebatang tubuh, structure merupakan tulang yang membentuk rangka sedangkan kosakata atau vocabulary merupakan daging yang membuat tubuh mempunyai bentuk.
Dengan demikian seorang tidak akan dapat berkomunikasi dalam bahasa sasaran kalau penguasaan kosakatanya tidak memadai.
Pengajaran vocabulary disekolah-sekolah hasilnya belum memuaskan. Banyak keluhan dari guru-guru bahasa Inggris bahwa kerja keras mereka dalam mengajar tidak diimbangi oleh penguasaan kosakata yang memuaskan dari siswa. Salah satu penyebanya kemungkinan adalah belum dimanfaatkannya media alat peraga.  
Melihat kondisi ini  maka peneliti tertarik untuk melakukan  Penelitian Tinadakan kelas dengan judul MENINGKATKAN  KEMAMPUAN PENGUASAAN KOSA KATA DALAM MENULIS TEKS RECOUNT MELALUI MEDIA CHART.
                                                          
B. Identifikasi Masalah
Permasalahan pokok yang dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1) Belum dimanfaatkanya  media chart
2  Metode mengajar guru yang monoton
3) Metode guru yang digunakan guru tidak tepat.
4) Motivasi siswa rendah
5) Tidak dimanfaatkanya media pembelajaran

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas penelitian ini hanya dibatasi pada peningkatan kosakata dalam menulis teks recount  melalui pemanfaatan media chart siswa kelas X SMAN 1 Pangkalan Kerinci.
D. Rumusan Masalah
. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1.Apakah melalui pemanfaatan media chart  bisa meningkatkan kemampuan penguasaan kosakata siswa kelas X SMAN 1 Pangkalan Kerinci? 
2. Seberapa jauh meningkatnya kemampuan penguasaan kosakata siswa dalam menulis teks recount melalui media chart?
3. Bagaimana respon siswa belajar kosakata dengan menulis teks recount melalui pemanfaatan media chart?
4. Apakah kendala-kendala yang dihadapi?

E.  Tujuan Penelitian
Terdapat dua jenis tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.      Untuk menemukan data dan informasi bahwa melalui pemanfaaan media chart dapat meningkatkan kemampuan penguasaan kosakata dalam menulis teks Recount.
2.      Untuk mendapatkan informasi seberapa jauh meningkatnya kosakata siswa.
3.      Untuk mendapatkan gambaran reaksi siswa dalam belajar kosakata .
4.      Untuk mandapatkan / mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi dalam mengusai kosakata dalam menulis teks recount melalui pemanfaatan media chart.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat bagi peneliti adalah :
1.      Syarat kenaikan pangkat
2.      Meningkatkan hasil kemampuan penguasaan kosa kata siswa.
Manfaat bagi pihak lain :
1. tuntunan bagi guru-guru yang lain tentang teknik-teknik pembelajaran kosakata;
2. memberikan tuntunan bagi para guru dalam menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan dan tidak membosankan agar siswa dapat belajar berdasarkan
kemampuan mereka, bukan memberikan paket informasi dalam mengajar bahasa Inggris,sebab mengajar bukan merupakan perpustakaan hidup, tetapi memberikan kesempatansiswa untuk berpikir yang berguna bagi perkembangan mereka.
3) bekal bagi guru yang mengajar bahasa Inggris agar memiliki persepsi dan
pemahaman yang sama terhadap pengembangan standar kompetensi dan kompetensi dasar bahasa Inggris di SMA, sesuai dengan apa yang diharapkan pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.


BAB II: KAJIAN PUSTAKA / TEORITIS
A.    KAJIAN TEORITIS
2.1. KOSAKATA
2.1.1 PENGERTIAN KOSAKATA

Kamus  Besar Bahasa Indonesia (2002 : 597) menyatakan bahwa kosa kata adalah perbendaharaan kata. Shinmura dalam Dahidi  dan
Sudjianto (2004 : 97) kosakata juga dapat dikatakan sebagai keseluruhan kata ( tango) berkenaan dengan suatu bahasa atau bidang tertentu yang ada di dalamnya.
Kosakata merupakan bagian dari suatu bahasa yang mendasari pemahaman dari bahasa tersebut . Kualitas kosakata yang dimiliki siswa mempengaruhi empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak,berbicara,membaca, dan menulis.
Berdasarkan teori diatas dapat dipahami bahwa media chart adalah salah satu cara yang dapat membantu siswa untuk mampu menguasai kosa kata dalam menulis teks recount. Siswa yang dikatakan mampu menguasai kosakata  adalah siswa yang  mampu membuat teks recount dengan kosa kata yang banyak dengan tetap mengacu pada generic structure.



3.      TEXT RECOUNT

Secara harfiah, recount bermakna "menceritakan". Jadi recount text bisa diartikan sebagai "Text yang menceritakan". Jika mengacu pada keterangan di buku-buku sekolah (baca : Buku Bahasa Inggris SMP / SMA) recount text adalah a text that telling the reader about one story, action or activity. Its goal is to entertaining or informing the reader. (sebuah teks yang menceritakan sebuah cerita, aksi ataupun aktifitas. Tujuan recount text adalah untuk menghibur atau menginformasikan pembaca.)

                           3.MEDIA CHART
Media pembelajaran banyak jenisnya dan dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Penggunaan media harus ditentukan jenisnya berdasarkan jenis materi pelajaran yang akan di ajarkan. Salah satu jenis media yang dianggap efektif digunakan adalah media Chart. Media Charta merupakan media visual yang berfungsi untuk menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan. Banyak materi yang menguraikan tentan gkonsep tertentu harus diuraikan dengan bantuan chart sehingga lebih mudah dipahami bagi siapa yang mempelajariny
Penggunaan media pembelajaran dalam bentuk media chart akan memudahkan penyampaian pesan yang biasanya dirubah dalam bentuk ringkasan visual suatu proses, perkembangan atau berupa gambar yang dapat memperjelas suatu konsep. Penggunaan medi achart akan menguraikan secara jelas garis besar atau tahapan-tahapan dari suatu proses dan menyajikannya sekaligus paa satu konsep.
Cara penyajian media chart dapat dipilih sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik. Beberapa cara penyajian chart antara lain menggambar chart di atas kertas dan membankitkan kepada semua anggota kelas, menggambar chart di atas papan tulis, menggambar chart di atas white board, di atas flip chart,  papan pengumuman atau dengan menggunakan OHP (Pasaribu, 1993).
Berdasarkan bentuk charta dibedakan menjadi bagan pohon (tree chart), bagan arus lurus (flow chart), bagan arus bercabang (stream chart) dan bagan garis waktu (time line chart) (Sadiman, 2002). Penggunaan flow chart akan menguraikan secara rinci berdasarkan tahapan dari suatu proses, misalnya untuk jaringan atau koneksi internet atau elearning pendidikan. Sementara untuk penggunaan stream chart adalah untuk menguraikan bagian-bagian dari konsep tertentu yang akan di ajarkan. Sementara untuk menguraikan tahapan suatu proses yang terikat oleh waktu maka lebih banyak digunakan time line chart.
Bagaimana menggunakan media chart dalam pembelajaran tentu guru sudah harus menetapkan konsep yang akan di ajarkan. .. Penggunaan ini akan sangat membantu guru dan siswa dalam menguraikan atau memahami materi.
Keuntungan penggunaan Media pembelajaran | Media Chart
Media chart mempunyai beberapa keuntungan dalam penggunaannya antara lain sifatnya yang sederhana sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama dan biaya besar dalam penggunaanya. Selain itu penggunaan media pembelajaran chart juga dapat mengefisiienkan waktu, termasuk mengefesienkan waktu belajar sehingga peserta didik dapat lebih cepat memahami materi atau konsep yang diajarkan. Keuntungan lain adalah bahwa ada penyederhanaan konsep dari keseluruhan konsep yang ingin dipelajari sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa.
Di samping keuntungan lain dari media pembelajaran berupa Media Chart tersebut, juga akan sangat membantu siswa untuk menulis penjelasan dari materi dalam bentuk flow chart. Dan bahkan salah satu media pembelajaran yang dapat membantu siswa lebih cepat memahami sesuatu berdasarkan urutan atau tahapan waktunya adalah dengan menggunakan media chart time line.