Tuesday, June 26, 2012

MENINGKATKAN PEMAHAMAN TEKS NARRATIVE SISWA KELAS XI IPA SEMESTER 1 SMAN 1 RENGAT MELALUI METODE ROLE PLAYING.


NAMA : MARDAWASTI, SS
SMAN 1 RENGAT INHU

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pentingnya peran Bahasa Inggris di kancah internasional pada saat ini tidak dapat dipungkiri lagi, bahasa Inggris sebagai bahasa perhubungan global akan semakin intensif digunakan dalam perbagai segi kehidupan aktifitas internasional, seperti dalam forum polotik, ekonomi, social, teknologi, informatika, dan lain sebagainya. Sehingga pemerintah Indonesia merasa sangat perlu memasukkan pelajaran Bahasa Inggris kedalam kurikulum pelajaran sekolah yang diajarkan kepada siswa mulai dari tingkat yang paling dasar, sampai ketingkat perguruan tinggi. 
Kompetensi dasar Bahasa Inggris mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, menulis. Aspek-aspek tersebut mendapat porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu. Dalam aspek membaca siswa perlu memahami jenis-jenis teks diantaranya teks naratif yang bertujuan menghibur pembaca atau pendengar. Teks naratif mempunyai langkah-langkah diantaranya diawali dengan orientasi, konflik dan penyelesaian masalah. Umumnya teks naratif menceritakan masa lampau yang pembacanya dapat mengambil pesan moral yang disampaikan melalui cerita. Bentuk-bentuk cerita tersebut akan muncul setiap ujian akhir nasional. Oleh sebab itu sangatlah penting siswa memahami teks tersebut.
Denngan memperhatikan fenomena tersebut diatas maka dituntut siswa sekolah menengah agar setelah lulus siswa mempunyai ketrampilan membaca dan memahami teks berbentuk naratif.
Mermperhatikan tujuan pembelajaran Bahasa Inggris di atas sangat penting bagi perkembangan pola berpikir siswa, maka untuk mentranspormasikan kepada siswa perlu diperhatikan metode dan strateginya, sehingga apa yang disampaikan bermanfaat bagi siswa, serta dapat diimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu sarana pencapaian tujuan pengajaran bahasa Inggris adalah aspek membaca. Ketrampilan membaca pada siswa tingkat sekolah menengah perlu lebih diperhatikan karena beberapa alasan. Karena membaca teks bagian yg terpenting yg selalu di ujikan pada Ujian Nasional maupun ujian sekolah.  Melalui pemahaman bacaan akan menambah wawasan siswa.
Idealnya siswa kelas XI semester  bisa memahami dg baik dan mampu menceritakan kembali cerita yang sudah di bacanya juga mampu menemukan informasi tersurat maupun tersirat didalam sebuah teks naratif.
Mmelihat hasil ulangan harian yang penulis lakukan terhadap siswa kelas XI semester I SMAN 1 rengat Tahun Pelajaran 2011/2012 aspek memahami tek naratif dari 30 siswa, hanya sekitar 10  siswa saja yang tuntas, untuk itu perlu dilakukan perbaikan. Hal ini disebabkan strategi mengajar yang kurang tepat atau metode yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik materi dan siswa. Bisa juga disebabkan rendahnya minat siswa atau kurangnya perbendaharan kata siswa.  
Untuk mencapai tujuan pengajaran bahasa Inggris khususnya keterampilan membaca banyak terdapat kendala-kendalanya, diantara kendalanya adalah rendahnya minat siswa, kurangnya perbendaharaan kata siswa. Bisa juga disebabkan strategi mengajar yang kurang tepat atau metode yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik materi dan siswa.
Sebagai seorang guru, penulis selalu memikirkan untuk memecahkan masalah- masalah yang di hadapi dalam proses belajar mengajar termasuk juga rendahnya pemahaman siswa terhadap teks naratif dan penulis menemukan alternatif pemecahan masalah melalui metode role playing, namun metode ini belum teruji secara ilmiah, oleh karena itu penulis membuat penelitian tindakan kelas dengan judul MENINGKATKAN PEMAHAMAN TEKS NARRATIVE SISWA KELAS XI IPA SEMESTER 1 SMAN 1 RENGAT MELALUI METODE ROLE PLAYING.
B.     Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini :
1.      Strategi mengajar yang kurang tepat.
2.      Metode mengajar yang digunakan guru tidak sesuai dengan karakteristik materi dan siswa.
3.      Rendahnya minat siswa
4.      Kurangnya perbendaharan kata siswa

C.    Pembatasan Masalah
Berdasarkan indentifikasi masalah diatas penelitian dibatasai hanya pada Peningkatan
Pemahaman membaca Teks Narrative dengan menggunakan metode role playing.

D.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Apakah melalui penggunaan metode role playing bisa meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman membaca teks narrative?
2.      Bagaimana respon siswa dalam pemahaman membaca melalui penggunaan metode role playing?
E.     Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1.      Untuk mendapatkan informasi seberapa jauh kemampuan siswa dalam memahami membaca teks narrative.
2.      Untuk mendapatkan gambaran respon siswa dalam belajar teks narrative dg menggunakan metode role playing..
D. Manfaat penelitian
     Penelitian  ini akan bermanfaat antara lain sebagai berikut:
1.       Bagi siswa, penggunaan metode role playing merupakan salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa inggris aspek membaca siswa kelas XI semester 1SMAN 1 Rengat Tahun Pelajaran 2012/2013.
2.       Bagi guru, penggunaan metode role playing dapat dijadikan salah satu alternatif strategi pembelajaran Bahasa  Inggris di SMAN 1 Rengat.
3.       Bagi sekolah, merupakan bahan masukan dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris khususnya, dan mata pelajaran lain umumnya di SMAN 1 Rengat.
4.       Bagi peneliti dapat dijadikan bahan masukan untuk penelitian yang lebih lanjut dan sebagai persyaratan untuk kenaikan pangkat dan golongan.









BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.      Kajian Teori
Penelitian ini berhubungan dengan membaca teks naratif dan role playing. Oleh
karena itu kajian teorinya adalah membaca teks naratif dan role playing.

A.    Teks naratif

B.     Membaca

Membaca menurut Paulo Freire membaca adalah menulis kembali apa yg dibaca dalam menemukan hubungan antara teks dan konteks dari teks bersangkutan dan bagaimana menghubungkan antara teks dan konteks dengan konteks pembacanya.


C.     Membaca teks naratif

D.    Role Playing

A role-playing game (RPG and sometimes roleplaying game[1][2]) is a game in which players assume the roles of characters in a fictional setting. Players take responsibility for acting out these roles within a narrative, either through literal acting, or through a process of structured decision-making or character development.[3] Actions taken within many games succeed or fail according to a formal system of rules and guidelines.[4]
There are several forms of RPG. The original form, sometimes called the tabletop RPG, is conducted through discussion, whereas in live action role-playing games (LARP) players physically perform their characters' actions.[5] In both of these forms, an arranger called a game master (GM) usually decides on the rules and setting to be used and acts as referee, while each of the other players plays the role of a single character.[6]
Several varieties of RPG also exist in electronic media, such as multi-player text-based MUDs and their graphics-based successors, massively multiplayer online role-playing games (MMORPGs). Role-playing games also include single-player offline role-playing video games in which players control a character or team who undertake quests, and may include capabilities that advance using statistical mechanics. These games often share settings and rules with tabletop RPGs, but emphasize character advancement more than collaborative storytelling.[7][8]
Despite this variety of forms, some game forms such as trading card games and wargames that are related to role-playing games may not be included. Role-playing activity may sometimes be present in such games, but it is not the primary focus.[9] The term is also sometimes used to describe roleplay simulation games and exercises used in teaching, training, and academic research.
Both authors and major publishers of tabletop role-playing games consider them to be a form of interactive and collaborative storytelling.[10][2][11] Events, characters, and narrative structure give a sense of a narrative experience, and the game need not have a strongly-defined storyline.[12] Interactivity is the crucial difference between role-playing games and traditional fiction. Whereas a viewer of a television show is a passive observer, a player in a role-playing game makes choices that affect the story.[13] Such role-playing games extend an older tradition of storytelling games where a small party of friends collaborate to create a story.
While simple forms of role-playing exist in traditional children's games of make believe, role-playing games add a level of sophistication and persistence to this basic idea with additions such as game facilitators and rules of interaction. Participants in a role-playing game will generate specific characters and an ongoing plot. A consistent system of rules and a more or less realistic campaign setting in games aids suspension of disbelief. The level of realism in games ranges from just enough internal consistency to set up a believable story or credible challenge up to full-blown simulations of real-world processes.

[edit] Varieties

Role-playing games are played in a wide variety of formats ranging from discussing character interaction in tabletop form to physically acting out characters in LARP to playing characters virtually in digital media.[14] There is also a great variety of systems of rules and game settings. Games that emphasize plot and character interaction over game mechanics and combat sometimes prefer the name storytelling game. These types of games tend to minimize or altogether eliminate the use of dice or other randomizing elements. Some games are played with characters created before the game by the GM, rather than those created by the players. This type of game is typically played at gaming conventions, or in standalone games that do not form part of a campaign.

A group playing a tabletop RPG. The GM is at left using a cardboard screen to hide dice rolls from the players.
Tabletop or pen-and-paper (PnP) RPGs are conducted through discussion in a small social gathering. The GM describes the game world and its inhabitants. The other players describe the intended actions of their characters, and the GM describes the outcomes.[15] Some outcomes are determined by the game system, and some are chosen by the GM.[16]
This is the format in which role-playing games were first popularized. The first commercially available RPG, Dungeons & Dragons (D&D), was inspired by fantasy literature and the wargaming hobby and was published in 1974.[17] The popularity of D&D led to the birth of the tabletop role-playing game industry, which publishes games with many different themes, rules, and styles of play.[18]
This format is often referred to simply as a role-playing game. To distinguish this form of RPG from other formats, the retronyms tabletop role-playing game or pen and paper role-playing game are sometimes used, though neither a table nor pen and paper are strictly necessary.[6]

[


2.      Penelitian Yang Relevan

3.      Kerangaka Berpikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.    Setting Penelitian
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yaitu penelitian yang bertujuan utk meningkatkan pencaoaian siswa dan utk meningkatkan kemampuan siswa. Metodologi penelitian ini adalah sebagai berikut
1.      Tempat
Tempat penelitian dilakukan oleh peneliti di sekolah peneliti sendiri yaitu di SMAN 1 Bantan Kelas X. Kelas X ini terdiri dari 6 rombongan belajar dan penulis memilih kelas X 1 karena kelas ini merupakan kelas yang rendah pencapaian hasil belajarnya.
2.      Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yang di mulai dari bulan Maret sampai bulan Mei.
3.      Subject
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X 1 yang berjumlah 29 siswa dengan objek tindakan adalah kemampuan siswa menulis paragraph descriptif dg menggunakan  Terdiri dari      …..siswa laki-laki dan …siswa perempuan.
B.     Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan dalam 3 siklus. Siklus pertama mencari materi, merancang RPP, membuat RPP, memberikan Pre-test (boleh diadakan/tidak),memberikan tindakan/perlakuan, memberikan pengujian. Siklus kedua yaitu menganalisa hasil, refleksi, memberikan tindakan. Siklus ketiga menganalisa hasil, merefleksi.
C.     Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa tes tertulis dalam bentuk penugasan dan lembar obsevasi
D.    Analisis data
Keberhasilan penelitian ini ditentukan oleh meningkatnya hasil belajar dan respon yg baik dari siswa, oleh karena itu utk mengukur hasil belajar digunakan tes tertulis utk setiap siklus. Analisa data dilakukan dg melihat peningkatan hasil dari siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 yg dijelaskan berupa angka dan deskripsi kemajuan. Sedangkan respon siswa instrument yg digunakan adalah lembaran pengamatan dan data akan di analisa melalui deskripsi respon siswa selama proses belajar mengajar berlangsung

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Penelitian Siklus Pertama
Siklus pertama siswa melakukan pre-tes dengan hasil yg tertinggi…. Dan yg terendah… dg rincian siswa yg berada di atas KKM…siswa dan dibawah KKM…siswa dan rata-rata nilai siswa…
B.     Hasil Penelitian Siklus Kedua
C.     Hasil Penelitian Siklus Ketiga
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan
Dari hasil bab IV penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
a.       Dengan menggunakan words clustering technique kemampuan menulis teks deskriptif siswa meningkat.
b.      Dari hasil lembar pengamatan dapat terlihat meningkatnya aktivitas, kreativitas, dan motivasi belajar siswa pada Bahasa Inggris aspek menulis paragraph deskriptif
2.      Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dan selanjutnya ditarik kesimpulan, maka penulis menyaran sebagai berikut:
a.       Untuk meningkatkan kemampuan menulis teks deskriptif dalam Bahasa Inggris hendaknya menggunakan words clustering technique, sehingga dapat meminimalkan kegagalan siswa dalam menulis
b.      Gunakanalah words clustering technique dalam penulisan teks deskriptif, karena dapat meningkatkan keaktifan, kreatifitas dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris.


MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOSA KATA SISWA KELAS XI DI SMAN 3 TEBING TINGGI MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN YANG BERVARIASI


Oleh : Sri Mulyani, S.Pd
SMAN 3 Tebing Tinggi Selatpanjang

BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Bahasa Inggris merupakan bahasa pengantar yang selalu diterapkan dibeberapa bidang pekerjaan dizaman era globalisasi saat ini. Untuk menguasai bahasa Inggris yang paling utama adalah menguasai English skill yang terdiri dari listening, speaking, reading dan writing. Didalam English skill terdapat beberapa komponen bahasa Inggris yaitu structure, vocabulary dan pronunciation.
Untuk menguasai Bahasa Inggris dengan baik, siswa dituntut untuk memahami English skill dan komponen-komponen yang ada didalam pelajaran Bahasa Inggris tersebut. Salah satu komponen Bahasa Inggris yang sangat penting agar siswa bisa menguasai Bahasa Inggris dengan baik yaitu vocabulary. Penting bagi siswa untuk menguasai vocabulary karena tanpa mengetahui vocabulary siswa tidak akan bisa menyimak, berbicara, membaca dan menulis dengan baik. Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat mengetahui banyak vocabulary dan bisa menerapkannya didalam listening, speaking, reading dan writing.
Dalam proses belajar mengajar, guru selalu dihadapkan oleh beberapa masalah, salah satu nya yaitu rendah nya kemampuan siswa didalam menguasai kosa kata. Hal ini tentu sulit bagi mereka untuk bisa memahami setiap kalimat yang diajar kan oleh guru. Khususnya siswa kelas XI SMAN 3 Tebing Tinggi, siswa sangat sulit memahami isi teks yang di pelajari.
Ada beberapa kemungkinan penyebab rendahnya kemampuan siswa didalam menguasai kosa kata, antara lain siswa tidak termotivasi dalam pelajaran  Bahasa Inggris atau siswa tidak memiliki biaya untuk membeli buku atau kamus. Selain itu mungkin kurangnya minat siswa dalam membaca atau mungkin metode mengajar guru yang monoton.
Sebagai seorang guru, penulis merasa terpanggil untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam  proses belajar mengajar, termasuk juga rendahnya penguasaan kosa kata dalam pelajaran Bahasa Inggris, dan penulis menemukan alternative pemecahan masalahnya yaitu melalui penerapan metode pembelajaran yang bervariasi. Namun peningkatan kemampuan kosa kata ini belum teruji secara ilmiah. Oleh karena alas an ini lah penulis membuat penelitian tindakan kelas dengan judul MENINGKAT KAN KEMAMPUAN KOSA KATA SISWA KELAS XI DI SMAN 3 TEBING TINGGI MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN YANG BERVARIASI.
B.   Identifikasi masalah
          Identifikasi masalah dalam hal ini adalah :
1.     Rendahnya motivasi siswa dalam belajar Bahasa Inggris.
2.     Tidak adanya biaya untuk membeli buku / kamus
3.     Siswa kurang minat membaca.
4.     Metode mengajar guru yang monoton.

C.   Pembatasan masalah.
          Berdasarkan identifikasi masalah diatas penelitian ini dibatasi hanya pada peningkatan peningkatan kemampuan kosa kata siswa kelas XI SMAN 3 Tebing Tinggi melalui penerapan metode pembelajaran yang berfariasi.
D. Rumusan Masalah.
          Apakah melalui penerapan metode pembelajaran yang bervariasi mampu meningkatkan kemampuan kosa kata siswa dalam pelajaran bahasa Inggris ? Bagaimana respon siswa dalam belajar melalui penerapan metode pembelajaran secara bervariasi ? Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan metode pembelajaran secara bervariasi ?




D.   Tujuan Penelitian.
                Tujuan penelitian ini adalah  untuk :
1.     Menemukan data dan informasi bahwa melalui penerapan metode pembelajaran secara bervariasi.
2.     Untuk mendapatkan  bukti seberapa jauh peningkatan hasil proses belajar siswa dikelas XI SMAN 3 Tebing Tinggi.
3.     Untuk mendapatkan reaksi siswa dalam penerapan metode pembelajaran secara bervariasi.
F. Manfaat Penelitian.
                   Manfaat bagi peneliti adalah sejauh mana metode pembelajaran ini berhasil diterapkan dalam proses belajar mengajar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
 

A.    Kajian Teoritik.
B.   Penelitian yang relevan
C.   Kerangka berfikir


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
              Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.  Metode penelitiannya adalah sebagai berikut :
A.   Setting Penelitian.
1.  Tempat
               Penelitian ini didakan di SMAN 3 TEBING Tinggi, karena  penulis mengajar di SMA tersebut. Di SMAN 3 Tebing Tinggi terdiri dari 10 kelas. Siswa kelas XI dipilih karena penulis juga mengajar di kelas tersebut. Selain itu juga kemampuan siswa di kelas tersebut rendah, oleh sebab itu penulis ingin mengadakan penelitian disana untuk menguji apakah penelitian ini berhasil atau tidak.

2.  Waktu
        Penelitian diperkirakan akan dilakukan pada pertengahan bulan Januari 2013, yaitu pada awal tahun ajaran 2012-2013.

3.     Subject
          Subject penelitiannya adalah Siswa SMAN 3 Tebing Tinggi kelas XI yang berjumlah 40 orang. 20 orang laki-laki dan 20 orang perempuan.

B.   Prosedur Penelitian
          Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus.
1.     Siklus Pertama
          Yaitu mencari materi, merancang RPP. Pre-test, kegiatan ini boleh ada boleh tidak. Memberi tindakan atau perlakuan, kemudian mengadakan pengujian.
2.     Siklus Kedua.
          Yaitu Menganalisa hasil, refleksi dan  memberikan  tindakan.


3.     Siklus Ketiga
     Menganalisa hasil dan refleksi.

C.   Instrumen Penelitian
          Instrumen penelitian berupa tes tertulis berupa penugasan.


D.   Analisis data
          Keberhasilan penelitian ini di buktikan dengan meningkatnya hasil belajar. Oleh karena itu untuk mengukur hasil belajar digunakan tes tertulis untuk setiap siklus. Analisa data dilakukan dengan melihat perkembangan peningkatan hasil dari siklus 1 , siklus 2 dan siklus 3 yang di jelaskan berupa angka dan deskripsi kemajuan.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARRATIVE MELALUI PENJELASAN LANGKAH-LANGKAH RETORIKA DI KELAS X SMAN 1 INDRA PRAJA TEMBILAHAN


Oleh : PUTIKAH, S.Pd
                                                            SMAN 1 INDRA PRAJA TEMBILAHAN

BAB  1
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Dalam pembelajaran Bahasa Inggris, ada empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki peserta didik, yaitu mendengar (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis (writing). Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus di pelajari peserta didik. Keterampilan ini tidak selalu mudah dilakukan. Diperlukan proses belajar dan latihan untuk mengasah bakat dan keterampilan menulis yang sudah ada.
Keterampilan menulis ini menjadi sangat penting bagi peserta didik karena dengan menulis peserta didik dapat mengukur kemampuan berbahasa dan mengukur penguasaan kosakata yang dimilikinya. Selain itu, peserta didik juga dapat menuangangkan ide-ide yang selama ini sulit untuk di kemukakan secara lisan.
Dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SMA, ada beberapa jenis teks atau genre atau text types yang harus dikuasai oleh peserta didik, salah satunya adalah teks narrative. Menulis teks narrative merupakan kompetensi menulis yang sudah ada dan dimulai di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Peserta didik dapat mengungkapkan perasaan, ide, dan gagasannya kepada orang lain melalui kegiatan menulis nararative. Kemampuan menulis narrative tidak secara otomatis dapat dikuasai oleh peserta didik, melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur sehingga peserta didik akan lebih mudah berekspresi dalam kegiatan menulis.
Berkaitan dengan keterampilan menulis, peserta didik diharapkan mampu menulis teks narrative. Idealnya peserta didik mampu menulis teks narrative sesuai dengan kaidah-kaidah penulisan yang tercakup dalam langkah-langkah retorika teks narative yang terdiri dari generic stucture (susunan umun teks) yang mencakup orientation, complication dan resolution,  serta menggunakan languange features seperti simple past tense (verb 2), action verbs, dan conjunction. Selain itu tulisan yang dihasilkan oleh peserta didik mengandung pesan moral (moral value).
Namun kenyataannya, masih banyak peserta didik yang belum mampu menulis dengan baik. Hal ini di karenakan, peserta didik tidak atau belum memahami perbedaan-perbedaan yang ada dalam setiap teks tersebut. Oleh sebab itu, perlu adanya penjelasan yang lebih sehingga peserta didik dapat membedakan setiap jenis teks secara mudah dan dapat mengembangkan keterampilan menulis mereka dengan langkah-langkah retorika dari setiap teks tersebut.
Terjadi kesenjangan antara hasil ideal dengan kenyataan  yang ditemukan disekolah dalam kemampuan menulis peserta didik  disebabkan oleh motivasi peserta didik  yang rendah atau peserta didik belum memahami genre based approach, kemungkinan lain dikarenakan  keterbatasan kosakata yang dimiliki peserta didik atau mungkin juga karena peserta didik kurang memahami languange features dari setiap jenis teks atau kemungkinan terbesar pendidik kurang memberi penjelasan langkah-langkah retorika dari setiap jenis teks kepada peserta didik.
Sebagai seorang guru, penulis merasa terpanggil untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam tugas sebagai pendidik dalam proses belajar mengajar termasuk juga rendahnya kemampuan menulis peserta didik dan penulis merasa menemukan cara untuk memecahannya yaitu melalui penjelasan langkah-langkah retorika. Namun peningkatan kemampuan menulis peserta didik belum teruji secara ilmiah, oleh karena alasan inilah penulis membuat penelitaian tindakan kelas dengan judul
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARRATIVE   MELALUI  PENJELASAN  LANGKAH-LANGKAH RETORIKA DI KELAS X SMAN 1 INDRA PRAJA TEMBILAHAN

B.    Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Motivasi peserta didik yang rendah
2.      Peserta didik belum memahami genre based approach
3.      Keterbatasan kosakata yang dimiliki peserta didik
4.      Peserta didik kurang memahami languange features dari setiap jenis teks
5.      Pendidik kurang memberi penjelasan langkah-langkah retorika dari setiap jenis teks kepada peserta didik

C.     Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penelitian ini dibatasi hanya pada meningkatkan kekampuan menulis teks narrative peserta didik kelas X melalui penjelasan langkah-langkah retorika.

D.    Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Apakah melalui penjelasan langkah-langkah retorika dapat meningkatkan kemampuan menulis teks narrative peserta didik kelas X SMAN 1 Indra Praja Tembilahan?
2.      Sejauhmanakah meningkatnya kemampuan menulis teks narrative peserta didik kelas X SMAN 1 Indra Praja Tembilahan melalui penjelasan langkah-langkah retorika?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1.      Untuk menemukan data dan informasi bahwa melalui penjelasan langkah-langkah retorika dapat meningkatkan kemampuan menulis teks narrative peserta didik kelas X SMAN 1 Indra Praja Tembilahan
2.      Untuk mendapatkan data dan informasi bahwa seberapa jauh meningkatnya kemampuan menulis teks narrative peserta didik kelas X SMAN 1 Indra Praja Tembilahan melalui penjelasan langkah-langkah retorika

F.     Manfaat Penelitian
a.    Bagi Siswa
Untuk meningkatkan kemampuan menulis peserta didik menurut jenis teks yang sesuai dengan lebih aktif, efektif dan efisien
b.        Bagi Guru
Meningkatkan keterampilan guru dalam menyelenggarakan pembelajaran





BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA

A.                Kajian Teoritis

2.1.Teori Menulis
Dengan berdasar pada betapa pentingnya keterampilan menulis ini, para ahli banyak yang mencoba mendefinisikan keterampilan atau kegiatan menulis ini sesuai dengan pendapatnya masing-masing. Berikut akan disampaikan beberapa pengertian menulis menurut para ahli.
Menurut Djuharie (2005: 120), menulis merupakan suatu keterampilan yang dapat di bina dan di latihkan. Hal ini senada dengan apa yang di ungkapkan Ebo (2005: 1), bahwa setiap orang bisa menulis. Artinya, kegiatan menulis itu dapat dilakukan oleh setiap orang dengan cara dibina dan dilatihkan.
Mengenai Pengertian menulis, Pranoto (2004: 9) berpendapat, bahwamenulis berarti menuangkan buah pikiran kedalam bentuk tulisan atau menceritakan sesuatu kepada orang lain melalui tulisan. Menulis juga dapat di artikan sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan kata lain, melalui proses menulis kita dapat berkomunikasi secara tidak langsung.
Batasan menulis menurut Tarigan (1994: 21), yaitu menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik, menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik itu. Gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Hal ini merupakan perbedaan utama antara lukisan dan tulisan, antara melukis dan menulis.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui hasil kegiatan menulis adalah sebuah tulisan. Hasil sebuah tulisan pada dasarnya adalah untuk menyampaikan pikiran, pendapat, atau gagasan yang muncul. Mengingat fungsi utama kegiatan menulis merupakan sarana berkomunikasi secara tidak langsung, maka penting bagi peserta didik untuk mempelajari keterampilan menulis. Selain dapat meningkatkan kecakapan berpendapat, menulis juga dapat melatih peserta didik menuangkan ide pikiran dengan lebih mudah. Dapat disimpulkan menulis adalah kegiatan yang produktif dan ekspresif dengan cara mengungkapkan gagasan yang ada dalam pikiran kita kedalam bentuk tulisan.

2.2. Teks Narrative
A narrative text is an imaginative story to entertain people (teks narasi adalah cerita imaginatif yang bertujuan menghibur orang). 
Jika melihat pada kamus bahasa Inggris, secara harfiah narrative bermakna (1) a spoken or written account of connected events; a story. (2) the narrated part of a literary work, as distinct from dialogue. (3) the practice or art of narration. 
(Narrative bermakna : 1. sebuah cerita baik terucap atau tertulis tentang peristiwa-peristiwa yang berhubungan. 2. bagian yang diceritakan dalam sebuah karya sastra, berbeda dengan dialog. 3. Praktik atau seni bercerita)
Jika disimpulkan, maka sebuah narrative text adalah teks yang berisi sebuah cerita baik tertulis ataupun tidak tertulis dan terdapat rangkaian peristiwa yang saling terhubung.

2.3. Langkah – Langkah Retorika
Kehidupan manusia jelas tak lepas dari retorika, dari keseharian individual sampai kehidupan sosial yang kompleks. Soalnya adalah retorika seperti apakah yang patut dikembangkan sehingga mencerahkan kehidupan bersama. Dalam Modern rhetorical Criticism (1977), Roderick P. Hart melukiskan ‘alam pikiran retorika’ yang dipandangnya sehat. Suatu retorika yang baik, katanya, harus memadukan empat aspek. Pertama, scientifically demonstrable; harfiahnya suatu tuturan harus bisa dibuktikan secara ilmiah atau berdasarkan fakta.
Kedua, artistically creative; terutama berasosiasi dengan pemanfaatan retorika secara particular, yakni dalam pengucapan seni. Dalam berbahasa sehari-hari tentu tidak perlu berbunga-bunga, yang penting jelas dan santun. Ketiga, philosophically reasonable; memperhatikan moral dan etika dalam bertutur untuk membedakan baik dan buruk, manfaat dan mudarat, berkah dan mubazir. Akhirnya, keempat, socially concerned; suatu retorika, apalagi yang terbuka untuk umum, haruslah bertemali dan bermanfaat memecahkan masalah orang banyak sehingga menyejahterakan kehidupan bersama lahir-batin.
Generic Structure dari Narrative Text
Orientation : It is about the opening paragraph where the   characters of the story are introduced.(berisi pengenalan tokoh, tempat dan waktu terjadinya cerita (siapa atau apa, kapan dan dimana) 
Complication : Where the problems in the story developed. (Permasalahan muncul / mulai terjadi dan berkembang)
Resolution : Where the problems in the story is solved. Masalah selesai, --- secara baik "happy ending" ataupun buruk "bad ending".
B.     Penelitian yang Relevan





C.     Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah

Peserta didik             Teks Narrative

                                                Writing            Langkah-langkah        Kemampuan
                                                                        Retorika                      Menulis
















BAB  III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan pencapaian hasil belajar peserta didik dan dilakukan dikelas tempat penulis mengajar. Metodologi penelitiannya adalah sebagai berikut :
A.    Setting Penelitian
1.      Tempat
Peneliti melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertempat di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Indra Praja Tembilahan  yang terletak di Jalan Pendidikan Kecamatan TembilahanKabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.

2.      Waktu
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diperkirakan selama dua bulan mulai awal bulan September 2012 sampai akhir bulan Oktober 2012.

3.      subjek tindakan dalam penelitian ini adalah Peserta didik kelas X.1 yang berjumlah 25 orang yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 18 orang perempuan.



B.     Prosedur Penelitian
Penelitian ini direncanakan diadakan dalam 3 (tiga) siklus. Siklus pertama  yaitu mencari materi, merancang RPP, memberikan pretest, memberikan tindakan, memberikan penyajian. Siklus kedua yaitu menganalisa hasil, refleksi, memberikan tindakan. Siklus ketiga yaitu menganalisa hasil, refleksi .

C.     Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini berupa test tertulis yaitu pemberian penugasan kepada peserta didik.

D.    Analisis Data
Keberhasilan penelitian ini ditentukan oleh meningkatnya hasil belajar. Oleh karena itu untuk mengukur hasil belajar digunakan test tertulis untuk setiap siklus. Analisa data dilakukan dengan melihat perkembangan peningkatan hasil dari siklus 1 (satu), 2 (dua), dan 3 (tiga) yang dijelaskan berupa angka dan deskripsi kemajuan.